Widgetized Footer

Mar 8, 2007

Anakku Memakai Sepatu Setelah SMP

Pendidikan gratis ternyata hanya menyentuh warga di perkotaan. Jauh di pedalaman Kabupaten Kediri, tepatnya di kaki Gunung Wilis, janji manis pejabat negeri ini hanya sebuah isapan jempol.

Adalah Khoirul Anam,14, siswa Kelas I SMP Negeri Mojo yang merasakan kesenjangan pendidikan itu. Putra tunggal pasangan buruh tani, Wasini dan Santoso, warga Dusun Benggeng, Desa Jugo, Kecamatan Mojo, Kediri itu, harus bertaruh melawan terjalnya jalan, dan lingkungan di dusun tempat 19 KK (kepala keluarga) tinggal.

”Di sini, ada sekitar 20 anak lulusan SD. Mereka tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan dana. Sehingga saat ini, mereka hanya membantu orang tuanya mencari rumput,” ungkap Santoso, ditemui disela-sela Bupati Sutrisno memberi bantuan pada korban tanah longsor, akhir pekan lalu.

Di tengah lingkungan warga Dusun Benggeng, keluarga Santoso boleh dibilang keluarga yang gigih. Dengan bekerja sebagai buruh tani, ia bertekad menyekolahkan Khoirul Anam sampai setinggi-tingginya. Ia tak ingin anaknya putus sekolah seperti orang tuanya. ”Penghasilan saya tidak pasti. Kalau ada pekerjaan sehari saya menghasilkan uang Rp15 ribu,” tuturnya.

Dengan penghasilan yang sebenarnya jauh dari cukup itu, Wasini sebagai ibu rumah tangga, harus pandai mengatur keuangan. Setidaknya, uang transport untuk Khoirul harus diutamakan daripada memenuhi kebutuhan perut. ”Saya memberi uang transport Rp5 ribu untuk Khoirul. Jaraknya jauh dan harus naik angkutan menuju ke sekolah,” kata Santoso didampingi Wasini.

Menurut Wasini, dulu ketika Khoirul masih duduk di sekolah dasar, ia tak perlu risau untuk memberi uang saku. Cukup diberi uang Rp100 buat uang saku di sekolah. Sedangkan untuk menuju ke sekolah, Khoirul bisa berjalan menuju ke SDN Jugo II yang berjarak 3 km.

”Tetapi saya tidak tega ketika sudah masuk SMPN Mojo. Selain berjalan 3 km, ia harus naik pikup menuju ke sekolah dengan biaya pulang pergi Rp5 ribu,” kata Wasini sambil tersenyum simpul.

Kendati terasa berat, Wasini mengaku, harus berjuang sekuat tenaga agar Khoirul tetap melanjutkan sekolah. Ia percaya apa yang dilakukan saat ini akan berbuah manis. ”Saya tak ingin anak saya jadi buruh tani seperti saya. Karena itu, meski penghasilan tidak tentu, dia harus sekolah,” ungkapnya.

Sejak kelas I SD, menurut Wasini, Khoirul tidak pernah memakai sepatu bila ke sekolah. Jalan desa menuju ke sekolah becek dan licin sehingga dengan tidak memakai sepatu, bisa berjalan tanpa takut terpeleset. ”Ya sebenarnya bukan karena jalan, tetapi karena kami tak mampu membelikan sepatu,” lanjut Wasini sambil menutup bibirnya dengan tangan.

Kondisi itu dijalani Khoirul hingga 6 tahun. Setiap pagi, Khoirul harus berjalan menuju ke jalan utama di Desa Jugo. Jarak antara Dusun Benggeng menuju ke jalan utama sekitar 3 km. Kemudian untuk mencapai sekolah, harus berjalan sekitar 100 meter.

Lebar jalan berbatu itu sekitar 1.5 meter, dan dibangun di tepi jurang. Sehingga agar tidak terlambat sampai di sekolah, Khoirul harus berangkat pukul 04.30 WIB. Pada saat pulang sekitar pukul 12.30 WIB, ia baru sampai di rumah sekitar pukul 13.30 WIB.

Keadaan yang sama dialami Khoirul ketika duduk di kelas I SMP Negeri Mojo. Bedanya, pada saat kelas I, ia sudah mengenakan sepatu hadiah dari orang tuanya. Tetapi waktu yang ditempuh untuk pergi ke sekolah, lebih lama lagi. Dari jalan utama beraspal, Khoirul harus naik pikup Cevrolet menuju ke Kecamatan Mojo.

Untuk naik mobil ini, putra tunggal Suyanto itu, harus membayar Rp2500 sekali angkut. Bila pulang pergi, ia harus menghabiskan Rp5 ribu. ”Karena keterbatasan itu, bapaknya Khoirul mencalonkan Ketua RT. Orang sini, tidak bisa maju kalau tidak dikoordinir,” kata Wasini.

Pada awal 2007, Santoso terpilih menjadi ketua RT. Karena itu, ketika Bupati Sutrisno mengunjungi Dusun Benggeng, Santoso menjadi orang yang paling berani berpendapat. Menurutnya, pembangunan jalan menuju ke Dusun Benggeng harus diperbaiki. Sehingga perjalanan anak-anak SD menuju ke sekolah menjadi lancar.

Akhirnya usul itu disepakati orang nomor satu di Pemkab Kediri itu. Bupati berjanji akan membangun akses jalan. Sehingga aktivitas warga bisa lancar dan tidak membutuhkan waktu lama. ”Mudah-mudahan Bupati Kediri menepati janjinya,” kata Santoso.(edi purwanto)

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog