Widgetized Footer

Sep 10, 2008

Hamil 2 Bulan Mencoba SS, Anak Akhirnya Ketagihan

Ibu dari segala obat adalah sedikit makan. Ibu dari segala adab adalah sedikit bicara. Ibu dari segala ibadat adalah takut buat dosa. Ibu dari segala cita-cita adalah sabar

Empat hal yang ditulis para pujangga itu, khusus ditorehkan untuk mengenang dan menggambarkan semua perbuatan mempunyai induk atau ibu. Namun ibu yang satu ini patut dirujuk sebagai pelajaran mengarungi riaknya hidup dan kehidupan yang sudah semakin jauh masuk ke alam pemikiran kapitalis.

Kemelaratanlah yang mengukuhkan Ny. Sukartini (43), warga Bronggalan Sawah dengan status barunya, ”Ibu sekaligus nenek tiga cucu pengedar sabu sabu (ss)”.

Sebutan itu semakin lekat dengan status Dimas Haryono (20), anaknya yang menjadi pemakai ss. Ibu dan anak itu, kini harus merenungi nasibnya di ruang tahanan Polresta Surabaya Selatan bersama Sutanto (28) warga Pacarkeling yang juga ditangkap Satuan Narkoba.

Ketiganya ditangkap petugas Minggu (17/7) sore, dalam operasi yang dipimpin Iptu Khonis Umbariyanto. ”Ketika kami menggeledah rumah mereka, didapat 3 poket ss serta beberapa peralatan menghisap seperti bong,” kata mantan Waka Polsekta Gayungan itu.

Ibu Sukartini hanya tersenyum getir ketika mengulang kisah hidupnya menjadi pengedar ss. Layaknya sebuah piringan hitam, pikiran istri Suparno (48) itu, flash back jejak langkahnya 5 bulan silam. Pada saat itu, ibu empat anak itu mengandung janin berumur 2 bulan yang kelak menjadi putranya yang ke lima. Di awal kehamilan bagi banyak orang, kesehatan kandungan maupun ibu yang mengandung sangat diperhatikan. Berbeda dengan Sukartini.

Seakan takdir sudah digaris di telapak tangan, ia justru terjerumus ke dunia narkoba. Awalnya ia berkenalan dengan seorang pria warga Jl. Gresikan. Persuaan singkat itu menjadi titik balik Sukartini sebagai ibu yang seharusnya menjadi panutan yang baik bagi putra-putrinya. Pria itu menawarinya menjadi pengedar ss. Caranya cukup mudah bagi seorang ibu rumah tangga. Ia dititipi setiap minggunya 5 sampai 10 poket serbuk setan itu. Setiap poketnya dijual Rp 100 ribu - Rp 120 ribu.

Tak urung tawaran yang menggiurkan dengan hasil keuntungan ditanggapi dengan tangan terbuka. Apalagi penghasilan Suparno sebagai sopir ekspedisi tergolong pas-pasan, semakin lekat dalam ingatannya.”Saya kepepet ekonomi. Dengan terpaksa tawaran itu saya terima,” aku Sukartini.

Anggukan kepala menjadi pertanda Sukartini menjadi seorang ”Ibu” yang lain bagi anak-anaknya. Tanpa sadar dia menjadi contoh bagi Elis (22) (putri pertamanya yang sudah menikah), Dimas (yang masih duduk di bangku SMA), Yuda (15), dan Doni (10). Ibarat bermain air, Sukartini ikut basah. Dari empat anaknya, hanya Dimas yang terpengaruh serbuk haram itu. Dalam hitungan hari, bisnis sampingan yang ditekuni wanita asli Surabaya tersebut semakin bergairah.

Dalam seminggu setidaknya dia mampu mengedarkan 5 sampai 10 poket. Dari mengedarkan ss itu, dia mengaku mendapatkan dua keuntungan. Selain uang Rp 50 ribu per minggu dari pria yang dikenalnya itu, ia bisa menggunakan ss dengan gratis. Caranya dia mencukit sedikit ss untuk konsumsi pribadi. ”Sejak hamil dua bulan saya sudah mencoba memakai ss,” kata ibu yang juga berstatus nenek tiga cucu itu.

Rasanya? Sukartini mengaku kandungannya biasa saja tidak ada pengaruhnya. Yang terang tubuhnya merasa lebih enteng ketika menghisap asap yang keluar dari serbuk mirip tawas itu. Bahkan, ia mengaku lebih bergairah menjalani kehidupan yang serba susah. Tidak takut anaknya nanti ketagihan, ia hanya menggeleng sembari mengatakan tidak tahu.

”Meski cucu saya sudah tiga orang dari Elis 2 cucu dan Dimas 1 bocah mungil, kebiasaan mengonsumsi ss semakin sulit dibendung. Hingga kandungan berumur 7 bulan, saya tetap mengonsumsi ss dengan cara mencukit,” katanya polos.

Seiring kebiasaan buruk itu, Dimas diam-diam memperhatikan tingkah ibu kandungnya. Dia yang nyambi membuka bengkel sambil sekolah di SMA swasta kawasan Surabaya Selatan, mulai tertarik. Secara sembunyi-sembunyi dia mulai menikmati kehidupan pemakai ss. Bahkan tak jarang, dia pesta ss bersama teman-temannya, termasuk Sutanto yang juga ditangkap satuan Narkoba. ”Saya sebenarnya tahu dia menggunakan ss. Tetapi saya tidak mencegahnya,” tutur Sukartini di ruang penyidikan.

Tuhan nampaknya memainkan tangan-tangannya melalui reserse narkoba Polresta Surabaya Selatan. Kebiasan keluarga itu, hanya dapat dihentikan jika mereka merenungi arti ”Ibu dan Anak” di dalam ruang tahanan. Minggu (17/7) siang, Sutanto dan Dimas sedang asyik menyedot asap putih berasal dari serbuk ss yang dibakar di dalam bong. Tiba-tiba pintu rumah digedor seorang pria. Mereka mengaku teman Sukartini dengan tujuan membeli barang. Ketika pintu dibuka, empat orang menyeruak sambil mengatakan, ”Kami petugas”.

Tak ayal, keluarga itu kelabakan. Saat digeledah dari sebuah tempat ditemukan 3 poket ss. Sementara dari tempat Dimas pesta, petugas menyita bong dan korek api. Sejak saat itu, tiga orang digelandang ke Mapolresta Surabaya Selatan. ”Tampaknya saya harus merenungi hidup saya bersama Dimas di ruang tahanan. Dan itu harus kami jalani,” kata wanita berambut sebahu itu. (*)

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog