Widgetized Footer

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sep 3, 2010

Remembrance of Allah



Wahai alangkah kecil arti dunia; Wahai alangkah kerdil arti dunia, Wahai alangkah remeh makna dunia; Wahai alangkah wahai tak berartinya dunia; Yang mengejar akhirat mendapat akhirat dan dunia;Yang mengejar dunia cuma mendapat dunia

Sebait puisi Taufiq Ismail itu begitu membahana di dalam kabin. Suara khasnya meninju-ninju kalbu. Sound system Ford Fiesta hatchback 1,4 Style AT yang kami kendarai begitu jernih memutar CD album Remembrance of Allah yang kami bawa jauh-jauh dari Jakarta. Suasana kabin yang begitu senyap seolah menghadirkan Taufiq Ismail duduk di jok belakang.

Suara serak-serak basah itu menjadi teman seperjalanan Seputar Indonesia (SINDO) dalam Ford Fiesta International Media Drive di Phuket, Thailand, Senin (23/8). Kebetulan SINDO mendapat kesempatan menjajal varian Ford Fiesta itu bersama jurnalis senior Yusran Hakim. Transmisi Ford Fiesta ini otomatis 4 tingkat percepatan. Perjalanan selepas waktunya makan siang itu mengambil start di Renaissance Phuket Resort & Spa, Mai Khao, Talang, Phuket, Thailand.

Suara Taufiq mengalun jernih pada etape pertama, Rennaissance-Thung Kha View Point berjarak 70 km. Barangkali itulah kelebihan sound system Ford Fiesta berkekuatan 4 speaker dan disuplai MP3, USB, dan CD Player.

Pada varian tercanggihnya, Ford menanam teknologi mobil mewah yakni voice command atau aktivasi suara. Dengan teknologi yang panelnya pada varian tercanggih menyatu dengan tuas sein, pengemudi dan penumpang bisa berinteraktif dengan kendaraan. Suara penumpang maupun pengemudi bisa mengaktifkan telepon seluler melalui bluetooth. Kemudian dari layar LCD di tengah dashboard suara perempuan berbahasa Inggris menyapa. Anda akan ditanya mau mengaktifkan radio, CD player, air conditioning atau phone. Ketika menyebut phone, fasilitas ini akan menjawab silakan masukkan nomornya.

Jika lafal bahasa Inggrisnya kurang bagus, maka yang muncul angka lain. Untuk menghapusnya cukup menyebutkan "correction" hanya angka yang salah dihapus. Jika nomor telepon sudah lengkap tinggal sebut "dialing". Sayang penggunaan voice command seperti yang dijelaskan Andrew Ball, Chief Program Engineer Ford Asia Pasifik dan Afrika (APA) ini tak terpasang pada kendaraan kami. Meski kecewa, kami bersyukur bisa menjajal kelebihan Ford Fiesta.

Kami terus melaju. Pedal gas mulai diinjak agak dalam pada jalur lurus. Cuaca yang kurang bersahabat rupanya menjadi batu ujian iring-iringan 10 unit Ford Fiesta. Hujan deras memayungi perjalanan pada etape pertama. Alhasil sepanjang jalur terdapat genangan air, basah, kering, hingga jalanan bergelombang.

Jalur basah ini membuat laju kendaraan masih berkisar 80-100 km. Duduk di bangku kemudi terasa nyaman meski di luar hujan turun sangat deras. Pandangan ke depan sangat lega memudahkan mengontrol laju kendaraan. Banyaknya genangan air yang berada di sisi kanan jalan tidak begitu berpengaruh pada kemudi saat diterjang.

Memang kemudi sedikit tertahan ke kanan ketika roda ban melibas genangan air setinggi mata kaki. Namun secara keseluruhan, kemudi Ford Fiesta jenis Rack and Pinion dengan Eletric Power-Assisted System melahapnya tanpa kehilangan kendali. Hujan deras juga memaksa kami menyalakan lampu kabut depan dan belakang.

Tombol lampu kabut ini berada pada dashboard di bawah kemudi bagian kanan. Tinggal diputar ke kanan maka lampu kabut menyala. Pengaturan spion bisa dilakukan dari pengendali di samping pintu. Namun jika tak jeli memencet, bisa-bisa spion akan menekuk ke bawah maupun ke atas, ke dalam atau malah terlalu ke luar.

Tuas untuk mengatur lampu sein juga berbeda dengan mobil-mobil negeri Sakura di Indonesia. Tuas sein ini berada di bawah lingkar kemudi sebelah kiri. Sedangkan tuas pembersih kaca berada di sebelah kanan. Bagi pengemudi yang kurang terbiasa bisa selalu salah memindah tuas. Kalau menggerakkan tuas kiri maka yang menyala adalah lampu sein. Sedangkan yang sebelah kanan adalah penggerak alat pembersih kaca.”Karena berbasis Eropa, Ford menggunakan tuas sein di kiri menyesuaikan lajur jalan,” tutur Yusran.

Suara Taufiq Ismail dari CD Player telah berganti dengan Aris Idol ketika rombongan mendekati Thung Kha View Point. Lagu Tuhan ciptaan Sam Bimbo itu menemani kami menelusuri jalanan berliku. Ford Fiesta melibasnya seperti air mengalir di kelokan sungai. Cuma ketika belok, bodi bagian belakang yang bertumpu pada twist beam sedikit terlempar ke luar. Kondisi ini biasanya dirasakan pengemudi. Sedangkan penumpang di samping pengemudi tidak terlalu merasakannya.
Seolah Hidup Meski Diam
Thung Kha View Point memang layak sebagai tempat istirahat. Tempat ini mirip Puncak di Bogor, Jawa Barat, atau Payung di Kota Batu Jawa Timur. Bedanya bila di Puncak bernuansa kebun teh, di Thung Kha View Point pandangan yang terhampar adalah kebun kelapa sawit. Mobil 10 unit diparkir berjajar. Benar apa yang dikatakan Cristopher Svensson, Director of Design, Ford APA, sebelum berangkat menuju Thung Kha. Ford Fiesta didesain seperti hidup dalam posisi diam. Meski sedang diparkir, tarikan garis yang nyata di sisi samping dan juga bagian depan bodi, menyiratkan Fiesta seperti jalan. Inilah yang terlihat selama kami berhenti sejenak di Thung Kha View Point.

Di sini kami bertukar tempat. SINDO menikmati duduk di bangku penumpang sedangkan Yusran menjadi pengemudi pada etape Thung Kha-Haadson Resort berjarak 65 km. Rasanya nyaman sekali sebagai penumpang. Mata rileks karena tidak berkonsentrasi mengemudi. Kaki juga bisa selonjor dengan lepas. Sesekali SINDO juga mencoba membuka kotak di bawah jok penumpang depan.

Belum beberapa menit duduk santai, Yusran menggunakan mode transmisi D yang di-setting manual. Pada saat gigi rendah, pada layar di bawah kemudi akan menunjuk angka 1 hingga 4. Angka ini menunjukkan gigi rendah maupun gigi putaran tinggi. Alhasil tarikannya lebih responsif. Tercatat tiga kali, kami berhasil menikung tajam dengan kecepatan sekitar 100 km/jam. Hati sedikit berdebar kencang, namun suara Tombo Ati yang dinyanyikan Ihsan Idol, benar-benar menenteramkan hati sepanjang perjalanan menuju Haadson Resort.

Ford Fiesta Sedan 1,6 Sport Powershift
Setiba di Haadson Resort sekitar pukul 15.00 waktu setempat, rombongan beristirahat menikmati kopi selama 30 menit. Rombongan kemudian dipecah lagi hingga akhirnya SINDO mendapat kesempatan duduk sebagai penumpang Fiesta Sedan 1,6 Sport Powershift, varian tertinggi di kelasnya. Model ini akan dipasarkan PT Ford Motor Indonesia (FMI) mulai April 2011.

Duduk di belakang kemudi seorang jurnalis wanita Emma Aliudin dari majalah gaya hidup ibu kota. Sambil mengemudi Emma mengaku lebih sreg pada Ford Fiesta hatchback "Tapi saya harus mencoba Mazda2 Sedan atau Toyota Yaris untuk bisa membandingkan dengan Fiesta Sedan ini. Selama ini saya biasanya memegang Toyota Vios," ujar Emma. Menurut dia, daya cengkeram Ford Fiesta Sedan lebih enak dibandingkan mobil dinas (mobdin) miliknya.”Rasanya lebih ringan dan daya cengkeramnya terasa,” tutur Emma. Keasyikan berbincang membuat mobil kami terpisah dari rombongan utama yang menuju Lampee Waterfall. Sempat khawatir tersesat karena berada di negeri orang, kami tertolong panduan jalur dari satelit yang terpasang di atas dashboard. Tidak berbeda jauh dengan Fiesta hatchback, tarikan sedan ini sangat terasa.
Desain interior hatchback dan sedan juga tidak berbeda. Ruang di antara jok pengemudi dan penumpang dirancang modern yang bisa meletakkan beberapa botol minuman, uang logam dan seluler. Jika model hatchback memiliki panjang 3,950 mm, maka yang model sedan memiliki panjang 4,291 mm. Kepanikan karena tertinggal dari rombongan sedikit terobati.
Emma mampu menggeber mobil hingga kecepatan 120 km/jam. Untung juga jalanan di Phuket lebar dan mulus, dan sepeda motor hanya diberi ruang sekitar 1 meter di pinggir jalan. Jadi perjalanan menyusul rombongan akhirnya sukses hanya beberapa ratus meter dari Lampee Waterfall. Pada etape penutup, Lampee Waterfall, SINDO duet kembali dengan Yusran Hakim. Kali ini mobil Ford Fiesta hatchback mampu digeber pada kecepatan 165 km/jam. Kecepatan ini diyakini masih bisa bertambah. Pedal gas masih bisa ditancap lebih dalam. Cuaca mendung menjadi teman perjalanan etape Lampee Waterfall- Renaissance Phuket Resort & Spa, berjarak 46 km. Suara syahdu Rindu Rasul (Taufiq Ismail/Sam Bimbo) menjadi penutup perjalanan setengah hari yang cukup melelahkan itu.(edi purwanto)

Aug 31, 2010

Mohon Maaf Pak Beye

17 Agustus 2010 baru saja berlalu tiga hari lalu. Selama tiga hari itu, aku selalu resah memandang Indonesia ini ke depan. Aku resah tentang masa depan anak-anak. Aku resah mau dibawa ke mana negeri ini. Aku resah karena kami tidak diajak memandang dalam spektrum lebih luas.

Ke mana negeri ini dibawa pun aku bingung. Doktrin yang selalu ditanamkan kepada kami, mari kita bangun negeri ini agar menjadi negeri yang makmur. Makmur seperti apa? Pergi ke mana-mana aman, pendidikan murah, bensin murah, sandang pangan papan murah, rakyat kecil iso gumuyu, bahkan bisa beli mobil layaknya pejabat.

Fakta melukiskan sebaliknya. Mantan menteri keuangan Sri Mulyani saja sampai mengeluh biaya pendidikan apalagi kaum miskin. Harga sembako juga menjadi permainan tengkulak. Perampok merajalela, korupsi ikut menggerogoti kekayaan negara. Pemerintah seolah-olah hanya mengikuti alur birokrasi yang alurnya mbulet tidak karuhan.

Pertanyaannya sampai kapan Indonesia makmur? Negeri ini sudah berumur 65 tahun sejak eyang Bung Karno membacakan proklamasi. Setiap periode kepemimpinan meninggalkan bekas yang dalam bagi penerus negeri ini. Sebagai orang muda yang dibesarkan pada orde baru tentu sangat paham dengan rencana pembangunan lima tahun (repelita).

Program jangka panjang menjadi target bersama rakyat Indonesia. Seperti swasembada beras. Begitu pemerintah mencanangkan swasembada pangan ini, seluruh kekuatan rakyat dikerahkan untuk swasembada pangan. Ujung-ujungnya target pangan ini tercapai. Pak Harto pada tahun sebelum krisis 1997 sampai berani menyebut Indonesia akan jadi macan asia.

Terus terang, harapan kami yang pada saat itu masih duduk di bangku SMA melambung, "Sebentar lagi Indonesia akan sejajar dengan Jepang, China." Begitu hati kami bergumam. Tapi apa daya krisis mengguncang Indonesia. Semua berantakan. Fondasi ekonomi kalang kabut. Pada akhirnya Indonesia harus tumbang. Pak Harto lengser bersama senyumnya yang khas.

Mewujudkan demokrasi ternyata lebih mudah dibandingkan mewujudkan kesejahteraan. Partai menjamur pascareformasi. Pemilihan presiden secara langsung sesuai azas demokrasi sukses mengantarkan SBY-JK. Namun laju demokrasi ini tidak diimbangi SBY-JK sampai SBY-Boediono meningkatkan kesejahteraan. Barangkali terlalu subjektif, tapi inilah yang aku rasakan. Orang-orang partai langsung kaya mendadak. Aktivis mahasiswa yang tiba-tiba terjun ke politik mendadak berubah menjadi orang kaya baru.

Program-program menonjol yang melibatkan rakyat dalam skala nasional hanya program BLT, penggantian minyak tanah dengan elpiji. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin terpuruk. Yang anak pejabat akan jadi pejabat, dan yang anak kaum sudra akan tetap menjadi keset. Akses pendidikan justru tertutup dengan banyaknya sekolah internasional. Pendidikan murah hanya berhias program beasiswa. Anak-anak kaum miskin semakin terpuruk. Biar tak berdaya kami tetap optimistis.

Kami sebenarnya masih punya mimpi tentang Indonesia. Sebuah mimpi tentang bangsa yang memiliki sejarah panjang sebagai bangsa yang besar. Sebuah mimpi tentang pemimpin setegas Gajah Mada. Pemimpin yang mampu mengarahkan ke mana negeri ini dibawa ke mana. Bukan pemimpin yang letoy, lebay, dan gila popularitas. Ajaklah kami bekerja keras. Beri kami contoh dengan turun ke lapangan bukan hanya duduk di kursi. Tunjukkan kepada kami jalan menuju kemakmuran. Tunjukkan kepada kami bahwa Bangsa Indonesia mampu makmur sejajar dengan bangsa lain. Kami sudah capek dengan retorika. Pak Beye jangan marah ya, sampean kan kepala pelayan kami. (Selamat HUT ke-65 Kemerdekaan Indonesia)
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog