Widgetized Footer

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Apr 11, 2007

Nglencer ”Berjamaah” Lagi

PERSIKMANIA, kalianlah pendukung sejati kesebelasan Persik Kediri. Jangan iri, bila tidak bisa menyaksikan pertandingan Persik melawan Shanghai Shenhua, ataupun bertandang ke kandang Sidney FC. Cukup wakilkan pada 30 anggota DPRD Kota Kediri. Mereka akan menjadi mata dan telinga kalian.

Jangan bersedih di dalam kamar nan suntuk. Apalagi menangis sampai meraung-raung. Cukup tanyakan gegap gempitanya lapangan hijau kepada wakil rakyat kita. Mereka-anggota dewan terhormat adalah wakil rakyat dalam segala hal-termasuk dalam menonton pertandingan sepakbola-. Kalau kalian belum puas, titipkan handycam ataupun kamera digital kepada anggota dewan. Biar mereka melaporkan sekaligus menjadi reporter bagi kalian, 30 ribu anggota Persikmania.

Jangan pernah iri, benci, ataupun berburuk sangka. Anggota dewan kita, merupakan sekelompok pemegang kuasa. Ya, kuasa atas apapun sampai-sampai mereka seperti memiliki saham di Persik Kediri. Harap dijadikan maklum. Terkadang ”Tuhan” mereka, berbeda dengan Tuhan, yang setiap hari selalu kita ingat, kemudian larut dalam setiap aliran darah, dan denyut nadi kita.

Uang, telah dituhankan. Lembaran rupiah telah menguasai denyut nadi, kemudian memompa denyut jantung, untuk sekadar melampiaskan nafsu duniawi. Ratusan juta dana APBD tak menjadi soal untuk biaya nglencer. Lantas, apakah salah bila menjadi ”Supporter Eksekutif” Persik Kediri? Kemudian apa salah bila Persik bertanding ke China dan Australia?

Jangan pernah menarik garis lurus, untuk memisahkan kedua pertanyaan itu. Apalagi sekadar mencari benar dan salah, patut atau tidak patut. Semuanya kembali kepada ”Uang” yang telah menjadi sebuah tuhan, bagi mereka yang benar-benar tergantung dengan lembaran rupiah. Itu dengan catatan, kalau kita mengartikan Tuhan, merupakan dzat yang melingkupi, dan menaungi hidup kita. Arti praktisnya adalah, kita tidak bisa hidup tanpa dzat tersebut.

Dalam runutan perjalanan panjang negeri ini, DPRD merupakan sebuah lembaga yang mewakili rakyat untuk mengawasi kinerja eksekutif-dalam kasus ini adalah Pemkot Kediri-. Sebanyak 30 anggota dewan itu, merupakan bagian dari roda pemerintahan. Mereka pula, yang menentukan Persik tetap berdiri atau tidak.

Dapat subsidi dari APBD atau tidak. Posisi tawar menawar ini, yang dikemudian hari menimbulkan sebuah “kesepakatan” antara pemkot dan wakil rakyat. Persik Kediri tanpa kesulitan berhasil meloloskan dana Rp15 miliar untuk mengarungi Liga Djarum Indonesia, dan Liga Champions Asia.

Hingga akhirnya muncul ”Nglencer berjamaah” sambil nonton anak buah Iwan Budianto menari-nari di lapangan hijau.

Sungguh, hal itu merupakan kesepakatan yang indah dan manis, bagi sebuah kota kecil di lembah yang mempertemukan Gunung Wilis dan Gunung Kelud. Dikatakan indah karena sampai dinding pun enggan berbicara. Dan, dikatakan manis, karena sampai hanya ada seorang anggota dewan yang enggan berangkat ke negeri tirai bambu, maupun negeri kangguru.

Tapi apa hendak dikata. Palu sidang sudah terlanjur digedok. Silakan rakyat tersenyum kecut. Pada akhir April dan Mei mendatang, pejabat dan wakil rakyat Kota Kediri, akan bedol kota melihat keelokan sebuah kota bernama Shanghai dan Sidney. Total biaya perjalanan para duta menonton sepakbola itu, lebih dari setengah miliar.

Terlepas apakah biaya itu ditanggung sendiri-sendiri atau dana APBD yang disalurkan Persik Kediri, kenyataan itu, merupakan sebuah bentuk ketidakpekaan pejabat dan anggota dewan. Pahamkah atas kata yang disebut efisiensi. Atau, jangan-jangan mereka tidak paham apa yang disebut urgensi. Mereka sepertinya tak punya kepekaan akan apa yang tengah dihadapi rakyat sekarang.

Toh kalau sekadar menonton hasil pertandingan Persik, internet telah menyediakan segala-galanya. Apalagi hanya sekadar melihat hasil pertandingan, melihat Shanghai dan Sidney dari pojok warnet pun, sangat-sangat bisa. Jika tidak bisa mengakses internet, bukankah mereka bisa menyuruh stafnya untuk melihat. Setidaknya tidak harus mengeluarkan biaya Rp0.5 miliar untuk sekadar melihat hasil pertandingan Persik.

Berkunjung ke kota dari sebuah negara yang lebih maju, banyak petikan pelajaran yang diambil. Mulai tata ruang hingga pengaturan parkir yang lebih tertata, atau studi banding bagaimana memajukan sebuah tim sepakbola yang profesional. Sungguh sulit memahami logika berpikir anggota dewan dan pejabat Kota Kediri. Lantas, sesuadah pulang dari sana, kontribusi mereka pada rakyat apa?

Dalam banyak kasus studi banding, para anggota dewan kita banyak yang pulang dengan tangan hampa. Program hasil studi banding nonsense diterapkan di Kota Kediri. Apalagi membangun sepakbola profesional jangan berharap. Silakan saja menjadi suporter VVIP (Very Very important Person) Persik Kediri di China maupun Australia. Kalau tidak ingin, mengutip Gus Dur, disebut sebagai bagian dari sekolah yang bernama taman kanak-kanak. (edi purwanto)

Apr 9, 2007

Program Mi Murah; Setiap Bungkus Laba Rp200

BLITAR (SINDO) – Program pemasaran mi murah di Kabupaten Blitar ternyata sangat menguntungkan dari sisi laba. Program ”beli mi murah” untuk keluarga miskin (gakin) itu, diyakini akan menebalkan kantong oknum pemerintahan. Dari penelusuran di pasar tradisional, setiap bungkus mi yang diberi label mie sedap merakyat hanya dijual Rp500.

”Mie tersebut sebenarnya telah tersebar di pasar tradisional. Saya menjualnya Rp500, dengan harga jual seperti itu, setidaknya saya untung Rp100 per bungkusnya,” ungkap Sriatun, pedagang Pasar Pon Kota Blitar, kemarin.

Dengan asumsi seperti itu, maka penjual mi dalam program ”beli mi murah” akan mendapat keuntungan berlipat. Pasalnya, para keluarga miskin (gakin) yang selama ini jadi pangsa pasar, disuruh membeli per bungkusnya Rp600.

”Kalau dijual seharga itu bisa jadi keuntungannya Rp200. Apalagi kalau mengambil langsung dari pabrik, keuntungan bisa berlipat ganda. Apalagi mi tersebut dijual ke ratusan warga,” tukas wanita yang sudah 20 tahun berdagang sembako itu.

Sementara itu, pelaksanaan “beli mi murah” ternyata terjadi merata di seluruh Kabupaten Blitar. Pemilik program ini, sudah mengedarkan ribuan kupon yang dibagikan kepada Kepala Desa kemudian diteruskan kepada Kepala Dusun hingga Ketua RT.

Namun tidak semua Gakin takut protes atas program itu. Di Dusun Bendil, Desa Jiwut, Kec. Nglegok, sedikitnya 10 Gakin yang memiliki kupon menolak membeli mi tersebut. Menurut Sutrisno, Ketua RT setempat, ia menerima 10 kupon dikembalikan setelah dibagi pada para Gakin. ”Setelah itu, kami bagikan kembali pada yang mau beli,” ungkapnya.

Kasun Bendil, Suwito mengungkapkan, ia menerima sedikitnya satu bendel kupon pembelian mi murah. Semuanya sudah disebar kepada Gakin yang ada di Dusun Bendil. ”Saat membagikan, saya tidak menganjurkan kepada masyarakat untuk membeli. Yang saya katakan, beli atau tidak, tidak ada unsur paksaan,” ungkapnya.

Suwito melanjutkan, karena dibenak masyarakat sudah tertanam faham kalau menerima kupon berarti menerima bantuan, maka mereka berduyun-duyun membeli mi murah. Padahal, pihaknya sudah memberitahu, kalau tidak membeli juga tidak ada sangsi. ”Kami ini hanya ketiban sampur. Saya tidak mendapat keuntungan dari penjualan itu,” tandasnya.

Seperti diberitakan, ratusan Gakin warga Kabupaten Blitar “dipaksa” membeli mi murah dengan cara mengedarkan kupon ke kampung-kampung. Program yang belum diketahui program Pemkab atau bukan itu, mengegerkan warga. Pasalnya, sebagian besar warga merasa ditipu dengan pembelian mi murah tersebut. Ini disebabkan, mi tersebut lebih ringan dibandingkan mi lainnya. Sejauh ini sudah 4 kecamatan yang di beberapa desanya menjual mi instan dengan menggunakan kupon kepada gakin, yaitu Kecamatan Sanan Kulon, Udanawu, Nglegok dan Garum.


Menanggapi hal itu, Ketua DPRD Kabupaten Blitar, M Taufich, mengatakan, pihaknya meminta eksekutif segera mengusut siapa yang memelopori program “beli mi murah”. “Kami minta program tersebut dihentikan. Apalagi sebagian warga ada yang mengaku diancam tidak akan mendapatkan jatah beras miskin kalau tidak mau membeli mie instan tersebut,” ujar Taufich.

Taufich tidak menyoal adanya produsen tertentu yang menawarkan dan menjual produknya kepada masyarakat. Namun bila melibatkan perangkat desa dan menggunakan sarana pemerintah, berupa balai desa, serta tanpa ijin kepada Pemkab hal itu jelas melanggar aturan. ”Saya dengar harga mi tersebut justru lebih mahal dibandingan di pasaran, jelas hal itu merugikan warga,” tandasnya.

Bupati Blitar, H Herry Noregroho SE MH dikonfirmasi wartawan, mengaku tidak tahu persis siapa yang mempunyai program tersebut. Ia sudah memanggil beberapa camat yang diwilayahnya ada penjualan mi instan kepada gakin. “Saat kami tanyakan kepada beberapa camat, mereka mengaku tidak tahu program ini. Tetapi saya akan terus minta dicari siapa penggagas dan penanggungjawab program ini,” kata Herry. (edi purwanto)

Wali Kota Ralat Biaya Perjalanan

KEDIRI (SINDO) – Wali Kota Kediri HA Maschut menjilat lidahnya sendiri. Seusai acara Musyawarah Cabang DPC Partai Demokrat Kota Kediri sepekan lalu, Ia menegaskan biaya perjalanan 30 anggota dewan ke China dan Australia, ditanggung Persik Kediri melalui dana Rp15 miliar yang disahkan melalui APBD Kota Kediri 2007. Kemarin, dengan tegas pula, Ketua Umum Persik Kediri meralat pernyataannya sendiri. "Tolong diluruskan, soal itu (keberangkatan dewan ke luar negeri, red) mereka bayar sendiri-sendiri, bukan dana APBD atau Persik," ungkap Maschut ditemui wartawan di mess Persik seusai memberangkatkan punggawa Macan Putih ke Solo, kemarin.

Maschut menjelaskan, pada awalnya dewan memang meminta Persik untuk membiayai perjalanan itu. Namun karena keterbatasan dana yang dimiliki Persik, maka permintaan itu ditolak. "Dulu dewan memang meminta kami untuk membiayai perjalanan itu. Namun sudah saya garis kalau hal itu tidak bisa karena dana Persik sangat kecil," jelasnya.

Selama ini, para anggota dewan Kota Kediri merupakan supporter fanatik Persik Kediri. Untuk membuktikan kefanatikannya mereka menggunakan nama Persikmania Korwil DPRD Kota Kediri. Termasuk rencana nglencer ke Australia dan China, merupakan bentuk dukungan Korwil DPRD Kota Kediri dan Korwil Balai Kota (Pemkot).
Namun dengan pernyataan ini, jumlah Persikmania Korwil DPRD yang berangkat dipastikan menyusut.

Anggaran yang dimiliki Persik, saat ini hanya Rp15 Miliar dari APBD 2007. Dana tersebut sangat kecil untuk membiayai berbagai even pertandingan di dalam maupun di luar negeri. Apalagi Lotto, satu-satunya sponsorship yang bersedia yang bekerja sama dengan Persik hanya menyumbang kostum dan perlengkapan pemain seperti kaos dan sepatu ”Karena itu, kami tak bisa mendanai mereka ke China dan Australia,” tegas Wali Kota Maschut.

Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Persik, Bambang Sumaryono mengatakan,
berdasarkan data yang masuk ke panitia, sebagian besar anggota dewan mengaku kesulitan dalam pengurusan paspor. Sementara yang lainnya mengaku sibuk dengan aktivitas di Kediri yang berbenturan dengan jadwal keberangkatan.

"Sampai hari ini (kemarin Red), baru 5 anggota dewan memastikan ikut dan sudah
menyelesaikan persyaratan administrasi seperti paspor," ungkap pria yang juga menjabat Kepala Badan Pengawas Daerah Kota Kediri

Keenam anggota dewan itu,adalah Wakil Ketua DPRD Sujud Kendar (PKB), Gatot
Adi Prayogo (Golkar), H Muzer Zaidid (PKB), Kasmudji (PDIP), Muzaini Romli
(PKB), dan Sholahudin (PKB). Sedangkan dari kepala dinas diantarannya, Kepala Dinas Pendapatan Daerah, Adi Wiyono dan Sekretaris Dewan M Nur Ali. Sementara untuk Kepala Bappeko Bambang Basuki Hanugerah, dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Widodo masih dalam proses. Mereka akan berangkat ke Australia dengan menggunakan jasa Biro perjalanan PACTO Travel, berkantor di Hotel Hyatt Surabaya, 25 April mendatang.

Sementara itu untuk Bambang Sumaryono sendiri, akan mengikuti rombongan Persik bertandang ke kandang Shanghai Shenhua FC China, 23 - 29 Mei mendatang. Bambang menegaskan, pengurusan administrasi untuk pergi ke China tanggal 10 Mei 2007. Selama rangkaian perjalanan itu, setiap peserta ditarik ongkos perjalanan sebesar Rp14.800.000
dibayarkan sebelum berangkat."Mereka bayar sendiri-sendiri, tidak ada bantuan dana dari Persik atau pemerintah," tegasnya saat ditemui wartawan.

Menanggapi keberangkatan anggota dewan itu, Badan Kehormatan (BK) DPRD Kota Kediri akan memeriksa anggota dewan yang nekat berangkat ke Australia dan China. Kendati keberangkatan mereka untuk mendukung Persik, bukan berarti BK tidak akan menindak anggota dewan tersebut. "Saya tidak tahu kalau keberangkatan mereka menggunakan dana APBD. Untuk itu, saya akan usut anggota dewan yang berani menggunakan dana itu," ujarnya Ketua Badan Kehormatan DPRD Kota Kediri, Tamam Mustofa.

Tamam menjelaskan, kepergian mereka bisa dianggap menyalahi aturan mengingat anggaran Persik berasal dari APBD Kota Kediri. Sejauh ini, dari edaran panitia pelaksana Persik, semua anggota dewan yang berangkat wajib menggunakan dana pribadi. Bahkan dalam edaran tersebut dituliskan jika seluruh anggota dewan wajib menyerahkan uang tersebut sebelum pemberangkatan."Kalau dengan dana pribadi, silakan, tapi jangan semuanya. Akan lebih baik jika ketua komisi saja yang berangkat, sedangkan lainnya tetap bekerja melayani rakyat," ujarnya. (edi purwanto)

Dua Nenek Diduga Dibakar



SINDO/Edi Purwanto
Jenazah Fatonah,80, dan Sri Banun,70, saat dibawa menuju ke RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar. Kedua nenek itu, diduga kuat merupakan korban perampokan. Mereka diduga dibakar pelaku untuk meninggalkan jejak. Ini diketahui dari perhiasan emas yang mereka kenakan hilang.

BLITAR (SINDO) – Peristiwa tragis menggemparkan warga Desa Dawuan, Kec. Kademangan, Kab. Blitar. Dua wanita tua yang tinggal di RT2 RW I Desa Dawuan, ditemukan tewas dalam kondisi hangus terbakar di atas pembaringan, kemarin sekitar pukul 07.00 WIB.

Tragisnya, perhiasan emas seberat 40 gram hilang seiring peristiwa mengenaskan itu. Atas indikasi itu, diduga kuat korban Fatonah,80, dan Sri Banun,70, merupakan korban perampokan. Dugaan ini dikuatkan dengan tidak terkuncinya pintu samping rumah berbentuk joglo.

Adalah Ny Surip,60, tetangga Mbah Fatonah, yang mengetahui pertama kali kejadian tragis di pagi hari itu. Menurut kesaksiannya, ia hendak berangkat ke pasar lewat depan rumah Mbah Fatonah. Saat melintas di halaman rumah yang berdekatan dengan Musala Miftachul Ulum, hidungnya seperti mencium bau barang terbakar seperti kain dan selimut.

”Semakin lama, bau tersebut semakin kuat. Apalagi di atas atap rumah joglo Mbah fatonah terdapat asap yang membumbung. Kontan saya memanggil Mbah Nah (sapaan akrab Fatonah),” tuturnya kepada SINDO saat ditemui di lokasi kejadian.

Saat itu, kata Ny Surip, ia berhasil masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. Pintu tersebut tidak dikunci sehingga dengan mudah, ia masuk menuju ke ruang tengah. Di sana, pembaringan yang biasanya digunakan Mbah fatonah terbakar.

”Yang saya tahu hanya kasurnya yang terbakar. Saking gugupnya, saya kemudian berteriak meminta bantuan warga. Ternyata yang mendengar hanya Kuserin, tetangga rumah,” ungkapnya.

Menurut Kuserin, saat dia tiba, di pembaringan ada dua tubuh yang sudah hangus. Kedua tubuh yang dikenal merupakan perawakan Mbah Fatonah dan Mbah Sri Banun tengkurap dalam kondisi hangus. Sementara pada dipan tempat keduanya terbaring, sudah hampir 75 persen hangus terbakar. ”Saya tidak tahu apakah terbakar karena obat nyamuk bakar atau sebab lain,” ungkapnya.

Kabar duka itu menyeruak ke dalam setiap gendang telinga warga Desa Dawuan. Ratusan orang kemudian berkumpul di depan rumah untuk sekadar berbela sungkawa. Seorang warga lantas menghubungi Polsek Kademangan.

Petugas kepolisian tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 08.30 WIB. Lima belas menit kemudian, unit identifikasi Polres Blitar tiba, dan langsung melakukan olah tempat kejadian perkara.

Beragam analisa penyebab ditemukan janda tua tewas terbakar mulai mengemuka. Ini diketahui setelah petugas kepolisian memastikan tidak ada perhiasan di lokasi kejadian.
Padahal, menurut Samsuri, ibu kandungnya Fatonah, selama ini mengenakan perhiasan emas berupa kalung, cincin, dan gelang. Berat perhiasan tersebut berkisar 40 gram.

Jadi sangat aneh bila di lokasi pembaringan terbakar tidak ditemukan perhiasan. ”Yang janggal lagi, meski selama ini ibunya sering bersama adiknya Sri Banun, keduanya tidak pernah tidur seranjang. Biasanya mereka tidur terpisah,” ungkapnya.

Samsuri enggan berandai-andai tentang penyebab kematian ibu kandungnya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada petugas kepolisian. Yang jelas, ada kemungkinan ibu kandungnya dirampok terlebih dulu. Setelah itu dibakar untuk menghilangkan jejak pelakunya. ”Mudah-mudahan kasus ini terkuak. Hanya itu harapan kami,” katanya.

Kapan kedua janda terbakar juga masih menjadi tanda tanya. Tetapi menurut Imam Supandi, biasanya setiap salat subuh Mbah Fatonah dan Mbah Sri Banun selalu ikut berjamaah di musala Miftachul Ulum yang terletak persis di depan rumah mereka.

”Tetapi tadi pagi (kemarin Red) tidak. Keduanya tidak salat berjamaah. Selain itu, pada saat waktu Salat Subuh juga tidak ada tanda-tanda bau barang terbakar,” kata pria yang mendapat tugas menjadi imam salat berjamaah di Musala Miftachul Ulum itu.

Menurut Imam, bisa jadi peristiwa tersebut terjadi antara pukul 23.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB. Tetapi pada rentang waktu itu, sangat tidak mungkin. Pasalnya, pada waktu Salat Subuh tidak tercium bau barang terbakar. ”Kemungkinan terjadi setelah kami selesai Salat Subuh,” tukasnya.

Di rumah tersebut memang hanya tinggal berdua. Anak cucu tidak ada lagi. Sementara putra Sri Banun, Mafluadi, berada di Kalimantan Barat. Sedangkan Samsuri, putra Fatonah, tinggal di luar kecamatan Kademangan. Praktis rumah kuno, berdinding kayu jati itu, menjadi saksi kematian tragis kedua nenek itu.

Warga terakhir melihat Mbah Fatonah saat salat Isya, sedangkan Sri Banun terakhir terlihat saat pengajian. Padahal rencananya, Sri Banun akan menunaikan ibadah haji tahun ini. Karena penyakit katarak, ia masuk daftar tunggu untuk pergi ke tanah suci.

Kerumunan masa di lereng gunung kidul itu, berangsur-angsur mulai mencair. Satu per satu warga meninggalkan lokasi kejadian. Seiring matahari condong ke barat, kedua jenazah dibawa ke RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar. Kedua tubuh tersebut akan diautopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya.

Setidaknya dengan penelitian itu, akan diketahui dua hal; apakah korban meninggal atau pingsan terlebih dulu sebelum akhirnya terbakar (dibakar). Atau keduanya, meninggal karena memang terbakar obat nyamuk bakar yang menyulut kasur tempat keduanya beristirahat.

Kapolres Blitar AKBP Ibnu Isticha, belum bisa berbicara panjang lebar terkait kejadian tersebut. Perwira yang baru seminggu menjabat tersebut, lebih mengedepankan hasil autopsi.”Memang ada indikasi perampokan. Tetapi semua, masih tergantung dari hasil autopsi dan penyelidikan yang dilakukan anggota. Mudah-mudahan kasus ini cepat terungkap,” ungkapnya saat berada di tempat kejadian. (edi purwanto).
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog