Widgetized Footer

Sep 10, 2008

Derita ”Bunga Trotoar Pangsud”

Air mengalir penuh kelenturan. Terkadang riaknya tersibak bebatuan. Begitu pun kehidupan ini jika diperumpamakan air sungai yang mengalir. Terkadang harus melewati kerasnya batu karang bernama cobaan. Pengalaman hidup yang dialami Andini (23) warga Jl. Wonorejo, adalah satu hikmah dari kerasnya batu cadas dalam mengarungi hidup di kota metropolis ini.

Jarum jam sudah menunjukkan angka 24.00. Semenit lagi, Kamis, 2 Februari 2005 sudah diambang pintu. Tetapi belum ada satu pun pengendara mobil dari sekian ratus mobil yang lalu lalang di Jl. Panglima Sudirman menepi. Mata Andini menatap lekat tajam ke arah belokan Jl. Gubernur Suryo dan Jl. Pemuda. Siapa tahu ada om-om China, atau lelaki hidung belang yang butuh kehangatan.

Ia mulai gelisah. Sesekali sapu tangan cokelat yang dipegangnya menyapu kening yang tersaput bedak tebal. Sekilas dandanan wanita berambut sebahu itu mirip model Donna Harun. Sayang kulitnya agak hitam khas gadis Madura kebanyakan. ”Malam itu seperti biasa saya menunggu tamu di bilangan Jl. Panglima Sudirman,” katanya mengawali tragedi yang dialaminya pada 2 Februari 2005 lalu.

Sudah dua tamu yang ditemaninya malam itu. Namun uang di kantong serasa tak cukup untuk menutupi kebutuhan hedonis di kota metropolis. Kehidupan malam yang telah dijalani selama 2 tahun membuat hidup Andini berubah. Dulu bila di Pasuruan hidupnya serba kekurangan, saat ini dia merasakan manisnya uang. Lihat saja gelang dua biji melingkar manis di pergelangan. Belum lagi cincin, kalung serta giwang yang menambah penampilannya tak seperti PSK pada umumnya.

Di ujung jalan, mobil Isuzu Panther merah tampak digoda beberapa PSK yang mangkal di dekat Bank Danamon. Tetapi tampaknya pengemudinya agak ragu. Perlahan mobil itu mendekat di depan kantor Surabaya Post lama Jl. Panglima Sudirman. Di situ Andini tegak berdiri sambil mengayunkan tangan. Tidak tahunya mobil itu berhenti. ”Hai.. sayang, mau nggak nemenin kita ke Hotel Somerset,” kata seorang penumpang yang duduk di depan sebelah kiri.

Andini tak langsung mengiyakan. Dia kemudian melongok ke dalam. Ia lihat sopirnya mirip orang keturunan.”Cuma orang dua om,” tanyanya. Pria yang ditanya tadi mengangguk. ”Asal harganya cocok nggak papa,” tambah Andini. Hanya dalam hitungan menit, Andini pun sudah duduk di depan bagian kiri. Sementara pria yang tadi duduk di depan pindah di belakang. Dalam perjalanan itu, Andini lebih banyak diam. Namun ketika sudah melintas di depan Hotel Somerset perasaannya berubah. ”Lha mas, katanya menginap di Somerset. Tetapi kok terus lurus,” tanyanya. Pria yang memegang kemudi hanya tersenyum. Menurut dia sebentar lagi dia akan berbalik ke Hotel Somerset. ”Saya langsung telepon joki saya. Maksud saya tanya apa nomor platnya sudah dicatat,” tutur Andini. Begitu diberitahu kalau nopol mobil itu L 2744 HV, perasaan Andini sedikit lega. Belum habis nafas panjangnya, tiba-tiba tubuhnya ditarik ke belakang. Panel untuk merubah posisi jok ditarik hingga dalam posisi tertidur. Tubuh seksinya dipeluk dari belakang. Mendadak dari arah belakang muncul dua pria. Total empat orang yang mengerjainya.



Sikat Perhiasan

Belum sempat berteriak, mulut Andini diplester menggunakan lakban. Mobil yang terus melaju seperti tak mengiraukan teriakan maupun tendangan Andini ke langit-langit mobil. Saat itu mobil terus melaju ke pintu tol satelit. Agar petugas tol tak curga, wajahnya ditutupi dengan jaket hitam. Sekitar 5 menit setelah masuk tol, pria yang tadinya duduk di belakang mempreteli semua perhiasan Andini. Dia juga mengambil cincin, gelang, kalung dan anting-anting. Total kerugian yang diderita lebih dari Rp 5 juta.

Dia tak tahu kemana arah mobil berjalan, mendadak pintu mobil bagian tengah sebelah kiri dibuka dan dia dilempar keluar. Ternyata dia dibuang di depan PT Milenia, Desa Sambisewu, Kec. Wonorejo, Kab. Pasuruan. ”Sadar-sadar saya dibangunkan seorang satpam. Saya kemudian ditolong dan diantar ke Polsek Wonorejo Pasuruan. Di sana semua kejadian yang terjadi, saya ceritakan. Keesokan harinya setelah dibawa ke rumah sakit, saya diantar ke Wonorejo, Surabaya,” tuturnya.

Sejak itupula, pengalaman pahit itu mulai dilupakannya. Tetapi bayangan itu kembali melekat setelah Minggu (25/7) siang handphonenya berdering. Seorang pria yang mengaku petugas Polda Jatim mengabarkan berita gembira. ”Yang menculik saya tertangkap dan saya diminta datang ke sini untuk melihatnya. Ternyata dia memang yang membawa saya dulu,” kata Andini seusai melihat tersangka.

Otak pelaku perampasan disertai penculikan itu adalah Yudi Deka Pramana (30) warga Dusun Sukodono, Desa Canggu, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto. Dia ditangkap Unit Resmob Polda Jatim yang dipimpin Kompol Heru Purnomo dari rumahnya ketika makan siang.

Reputasi Yudi dalam dunia kejahatan cukup banyak. Yudi ternyata pernah mencuri Honda CRV N 908 warna silver. Selain itu, dia juga pernah terlibat penggelapan mobil Suzuki Carry , dan pencurian Honda Supra X. ”Kami masih memburu 4 pelaku lainnya. Mudah mudahan cepat tertangkap,” ujarnya.(*)

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog