Widgetized Footer

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Apr 4, 2007

KLB Oversdosis.Cermin Retaknya Generasi Penerus Bangsa

KEDIRI (SINDO) – Minuman keras dan narkoba menjadi momok bagi pengkaderan generasi muda bangsa Indonesia. Fenomena gunung es ini seakan menjadi cermin retaknya pengkaderan kaum muda di negeri yang dikenal gemah ripah loh jinawi ini. Sayupsayup suara lonceng kematian akibat overdosis mulai menggema di Kediri dan Tulungagung.

Coba simak data di Dinas Kesehatan Kota Kediri. Korban overdosis mencapai 34 orang, 11 diantaranya tewas selama Maret 2007 (selengkapnya lihat tabel). Tewasnya generasi muda masa depan negeri itu, diduga karena overdosis minuman keras dan narkoba. Hasil tes urine yang dilakukan petugas medis, sebagian urine diketahui mengandung benzodiazenipes. Zat beracun itu menyebabkan kerusakan otak.

Kalau kejadian luar biasa itu, belum cukup untuk menyentakkan hati dan pikiran kita. Mari kita lihat data di RSU dr Iskak Tulunggung. Dalam kurun waktu yang relatif bebarengan dengan di Kediri, delapan pemuda tewas sia-sia karena minuman keras dan psikotropika.

Mereka diantaranya, Mohammad Muchtar,19; Ahmad Rofiq, 18; Ibnu Nita Chandra, 18, (ketiganya warga Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol), Khoirul Muklis,22, warga Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol; Taufik Armiko,20, warga Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru; Fendik,21, warga Kelurahan Bago, Kecamatan Tulungagung; Dwi Prasetya,22, warga Desa Pacitan, Kecamatan Ngunut; dan Nanang, 20, warga Desa Pojok, Kecamatan Ngantru.

Sedemikian parahkah pemuda kita? Kebiasaan mengkonsumsi obat-obat psikotropika jenis lexotan, nampaknya memang menjadi gaya hidup bagi sebagian remaja Kediri, dan sekitarnya. Bahkan untuk menyandang gelar sebagai ketua geng, mereka mengadakan uji nyali dengan mengkonsumsi pil koplo.

Joni (nama samaran), 28, warga, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, menjelaskan, kebiasaan mengkonsumsi lexotan, ibaratnya sudah seperti memakan nasi bagi pemuda di kampungnya."Jika tidak ketemu lele (sebutan untuk obat double L), rasanya seperti belum makan nasi satu hari," ujarnya sambil cengar-cengir.

Bapak satu anak mantan ketua geng di kampungnya itu, mengungkapkan, tidak terlalu sulit mendapatkan pil koplo di wilayah eks Karesidenan Kediri. Cukup dengan berbekal rekomendasi sesama pengguna pil koplo, calon pemakai akan diperkenalkan kepada seorang pengedar yang selalu siap memenuhi berapapun obat yang dibutuhkan. ”Harganya murah, berkisar antara Rp2.500 - Rp5.000 per butir,” tukasnya.

Harga yang sangat murah itu, tidak terlalu berat bagi pemuda yang bekerja sebagai buruh serabutan dan pengamen jalanan. Apalagi peredaran pil koplo sudah dari kampung ke kampung. Sehingga, ibarat baru saja keluar rumah pil koplo sudah di depan mata. Dari penelusuran kasus per kasus, sebagian besar para korban tewas overdosis adalah pengamen dan buruh pada home industri yang tersebar di Kediri dan Tulungagung.

Penghasilan mereka berkisar Rp15.000 – Rp25.000 per hari. Maka harga pil yang berkisar Rp2.500-Rp5.000, merupakan harga yang sangat murah untuk sekadar menikmati fly. Terkadang, untuk menunjukkan eksistensinya, satu kelompok pemuda tak keberatan untuk patungan membeli pil haram tersebut."Kalau pil sudah terkumpul, kami pesta kecil-kecilan di rumah salah satu teman," jelas Joni, yang sudah 2 tahun tidak menikmati lexotan .

Pesta narkoba rata-rata digelar untuk memperkuat persahabatan antar anggota kelompok. Dalam pada itu, tercipta sikap keterbukaan antar sesama anggota geng. Ini yang kemudian mendorong pesta adu nyali.

Ritual adu nyali dilakukan untuk mencari siapa yang terkuat. Siapapun yang sanggup menelan puluhan butir lexotan, dia yang akan dinobatkan sebagai ketua geng atau minimal dianggap jagoan. "Siapa yang terakhir berdiri dan tidak kolaps, dia yang akan dinyatakan sebagai ketua geng. Ini sudah menyangkut harga diri bagi kami sebagai laki-laki," ujarnya berapi-api.

Ritual ”gila” itu belum cukup. Bahkan, para pemuda itu melakukan eksperimen dengan meracik pil koplo dengan minuman beralkohol. Parahnya lagi, untuk menimbulkan sensasi yang luar biasa, minuman keras dan pil lexotan dioplos dengan obat nyamuk merek autan dan baygon.

Tak tanggung-tanggung, ada yang dicampur dengan bahan bakar bensin dan spiritus.
"Hanya saja, kadar bahan bakar tidak perlu banyak sehingga tidak terlalu kolaps," kata Joni ringan. Joni mengaku, koma selama 1 bulan di rumah sakit setelah minum minuman oplosan itu. Saat ini Joni sudah menyatakan berhenti mengkonsumsi narkoba setelah menjalani masa penyembuhan selama dua tahun. ”Saya sudah tobat, dan tidak ingin mengulangi masa lalu lagi,” pungkasnya.

Bagaimana bila ditinjau dari segi ilmu kejiwaan, Psikiater RS Bhayangkara Kota Kediri, Kompol dr Ronny Soebagyo SpKJ, mengungkapkan, apa yang dilakukan para pemuda tersebut dipicu masalah kehidupan. Pada masa seumuran mereka, para pemuda memasuki tahap pencarian identitas. Para pemuda ingin menunjukkan eksistensi dengan cara hidup berkelompok. ”Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensinya adalah dengan menggelar pesta seperti itu,” ungkap perwira dengan dua melati di pundaknya itu.

Bagaimana dengan dampak minum lexotan, dr Ronny menjelaskan, secara fisik tidak terlalu kelihatan ketergantungan. Tetapi dari sisi psikologis akan mengalami ketergantungan dosis. Pengaruh G Metan dalam obat tersebut, membuat penggunanya semakin lama ketergantungan.

Kemudian menimbulkan rasa tidak puas setelah meminum dosis tertentu. Kondisi itu diperparah bila mereka berimprovisasi, yang disinergikan dengan alkohol. Kemudian terjadi intoxikasi lexotan dengan alkohol. ”Akibatnya bisa terjadi depresi hingga frekuensinya sampai tidak bisa bernafas,” ungkapnya.

Untuk ketergantungan fisik, menurut dr Ronny, bisa diobati dengan memberi bantuan nafas seperti pemberian oksigen. Ini dilakukan bila otak kekurangan oksigen maka bisa menimbulkan kerusakan. Sedangkan untuk ketergantungan psikologis, membutuhkan terapi sampai sethun lebih agar bisa meninggalkan kebiasaannya. ”Jadi, jangan pernah mencoba pil koplo. Bila sekali mencoba akan ketergantungan, dan sangat sulit untuk lepas,” katanya.

Tewasnya belasan pemuda di Kediri dan Tulungagung, akibat overdosis belum cukup menyentakkan hati pejabat di eks Karesidenan Kediri. Badan Narkoba Kota Kediri (BNK) menilai pihak kepolisian belum represif dalam menindak pengedar narkoba. Sedangkan Polwil Kediri, menilai apa yang dilakukan sudah maksimal dalam memberantas jaringan narkoba.

”Kalau dibilang kurang represif, sejak lama kita berusaha memotong mata rantai peredaran narkoba. Bahkan sudah banyak barang bukti yang berhasil kita ungkap,” ungkap Kapolwil Kediri, Kombes Pol Tjuk Basuki. Ia menegaskan, semua pihak boleh menilai kerja polisi kurang represif. Tetapi kenyataan di lapangan, polisi tetap bekerja keras dalam memberantas narkoba.

Contoh terakhir adalah apa yang dilakukan Polresta Kediri dan Polsekta Kediri. Mereka berhasil meringkus 2 orang bandar, serta 4 orang pengecer sekaligus pemakai narkoba jenis pil koplo double l dan leksotan. ”Tanpa diminta represif kami tetap akan bertindak tegas,” ungkapnya.

Wajar bila Kapolwil Kediri Kombes Pol Tjuk Basuki berkomentar seperti itu. Sebab, Ketua BNK (Badan Narkoba Kota) Kota Kediri, M Zaini menuding, pihak kepolisian kurang represif dalam menangani masalah ini. Pihaknya belum mengambil langkah untuk mencegah kematian akibat overdosis meluas. ”Kita sudah bekerja maksimal dengan cara sosialisasi gerakan anti narkoba,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kota Kediri itu.

Soal pendanaan, BNK Kota Kediri mendapatkan alokasi dana 2006 Rp150 juta dan 2007 ini Rp150 juta. Dana tersebut digunakan memenuhi biaya kegiatan dan operasional BNK. Pernyataan sedikit berbeda disampaikan Ketua BNK Kabupaten Kediri, Sulaiman Lubis. Ia mengakui, ada peningkatan jumlah pemakai narkoba jenis lexotan setiap tahunnya.

Maraknya peredaran narkoba di kalangan remaja Kabupaten Kediri membuat jumlah pengguna narkotika terus meningkat. Ironisnya, fenomena ini justru terjadi di kalangan pemuda yang didominasi para pelajar. "Setiap tahun jumlah pemakai narkoba khususnya jenis lexotan di Kabupaten Kediri terus meningkat. Ironisnya ini justru melanda pemuda dan pelajar," ungkap pria yang juga menjabat Wakil Bupati Kediri itu.

Ia menjelaskan, minimnya dana yang dimiliki BNK Kediri ini menjadi salah satu faktor sulitnya penanganan narkoba. Tahun 2007 ini, pihaknya hanya mendapat anggaran sebesar Rp125 juta, dari Rp250 juta usulan yang diminta kepada APBD Kabupaten Kediri.

Nilai tersebut menurut Sulaiman masih jauh dari memadai, mengingat pada tahun sebelumnya BNK Kediri mendapat kucuran sebesar Rp250 juta. Karena itu, ia berusaha menggalang dana dari LSM di dalam maupun luar negeri untuk membiayai penanggulangan narkoba di Kabupaten Kediri."Nilai ini sangat kecil dari yang dibutuhkan. Idealnya, BNK memiliki anggaran sebesar Rp350 juta per tahun," jelasnya.

Menanggapi tingginya jumlah korban meninggal akibat overdosis, Sulaiman mengatakan, sudah berkoordinasi dengan seluruh rumah sakit yang merawat untuk memperoleh informasi penyebab keracunan tersebut. Berdasarkan informasi sementara, mereka meninggal akibat mengkonsumsi psikotropika jenis double L.”BNK Kediri sendiri sudah melaporkan fenomena ini ke BNK pusat untuk ditindaklanjuti. Sebab tidak menutup kemungkinan kasus serupa akan terjadi di daerah lain di Indonesia,” tandasnya.

Fakta matinya belasan pemuda, membuat sejumlah anggota dewan angkat bicara. Anggota Komisi C DPRD Kota Kediri, Achmad Salis, mengungkapkan, kinerja Badan Narkotika Kota (BNK) Kediri harus dipertanyakan. Sebab, BNK pada APBD 2006 mendapat gelontoran dana APBD puluhan juta, tetapi hingga saat ini belum nampak hasil kerja BNK. ”Kalau sudah seperti ini, pemberantasan narkoba merupakan masalah bersama. Yang penting harus sinergi tidak berjalan sendiri-sendiri,” kata anggota dewan dari PKS itu.

Ketua DPRD Kota Kediri, Bambang Hariyanto mengungkapkan, sebenarnya semuanya pasti ada solusi. Bukan saatnya saling menyalahkan dalam menangani fenomena matinya belasan pemuda itu. Persoalannya, untuk menanggulangi kejadian luar biasa itu, harus memerlukan dana yang lumayan besar.

Dan itu bisa ditalangi melalui tunjangan fungsional. Sayangnya dalam konsultasi terakhir dengan BPK, pencairan dana fungsional oleh kepala daerah bisa dianggap korupsi. ”Tetapi bila dalam kondisi darurat seperti KLB overdosis, Pemkot Kediri harus mendapat pengecualian bila tidak ingin banyak pemudanya mati overdosis,” ungkapnya.

Itu masih permasalahan bagaimana menanggulangi ovedosis. Solusi lebih teknis datang dari Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kediri, dr Samsul Ashar SpPd. Ia menjelaskan, polisi jangan dijadikan kambing hitam. Kendati bagaimanapun juga, polisi merupakan lembaga penegak hukum yang sangat berkompeten dalam memutus mata rantai peredaran narkoba. Tetapi bila tidak didukung semua pihak hasilnya seperti ini. Kalau masalahnya pada pendanaan, mengapa kita tidak duduk bersama, dan membicarakan masalah ini secara konkret.

”Kalau masalah kurang dana untuk menggelar razia, kenapa kita tidak support dari APBD. BNK mempunyai dana yang bisa digunakan untuk membantu polisi. Kemudian kalau kekurangan dana untuk membeli tester psikotropika, kenapa tidak membicarakan dengan kami. Insyaallah, dengan adanya pembicaraan ini, kita siap membantu. Paling tidak, kita bisa mengupayakan tester narkoba yang murah harganya,” tukasnya panjang lebar.

Wali Kota Kediri H A Maschut mengakui, keteledoran ada pada pihaknya. BNK sebagai lembaga yang menangani pemberantasan narkoba, dinilai terlambat menetapkan kejadian luar biasa.”Seharusnya sudah sejak awal kasus ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Saya sudah memerintahkan tim dari BNK untuk terjun mewawancarai satu per satu para korban,” ungkapnya.

Setelah investigasi diketahui hasilnya, kata Maschut, pihaknya akan meminta semua pihak terkait untuk duduk bersama membahas masalah ini. Diharapkan muncul solusi cerdas jangka pendek maupun jangka panjang dalam menangani masalah narkoba. ”Kita akan berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan masalah ini,” tukas pria yang juga menjabat Ketua Umum Persik Kediri itu.(edi purwanto, edp_snkota@yahoo.com)


Data Pasien Over Dosis Kota Kediri
RS Yang Merawat Pasien OD Jumlah Pasien Korban Tewas
RSU Gambiran 20 Orang 5 tewas
RS Bhayangkara 4 Orang 1 tewas
RS Baptis 6 Orang 3 tewas
RS Muhammadiyah 2 Orang 1 tewas
RSI Al Arafah 2 Orang 1 tewas
* Sumber Dinkes Kota Kediri


Data Korban Overdosis RSU Gambiran Kota Kediri 2007 Kota Kediri
No Nama Umur Alamat MRS KRS Penyebab Ket
1 Agung Hartanto 30 th Kel. Burengan, Kec. Pesantren 1 Maret 6 Maret Double L MD
2 Agus Triono 21 th Ke. Dermo, Kec. Mojoroto 7 Maret 8 Maret Mabuk, Miras, Topi Miring dicampur Kratingdaeng
3 Agus Trianto 32 th Kel. Jetis, Kec. Ngronggo 6 Maret 12 Maret Nafza/Miras
4 Yudi 29 th Kel. Lirboyo, Kec. Mojoroto 11 Maret -
5 Roni 22 th Kel. Dermo, Kec. Mojoroto 7 Maret - Hipoglikemia
6 Tri Wahono 22 th Kel. Ngampel, Kec. Mojoroto 18 Maret 20 Maret Intoxikasi nafza

Data Korban Overdosis RSU Gambiran Kota Kediri 2007 Wilayah Kabupaten Kediri
No Nama Umur Alamat MRS KRS Penyebab Ket
1 Ribut 31 th Desa Bobang, Kec. Semen 8 Maret 13 Maret Minum pil
2 Faudin 28 th Desa Jatirejo, Kec. Banyakan 7 Maret 15 Maret Minum Pil dan pesta Miras
3 Hari Bangun 20 th Desa Datengan, Kec. Grogol 3 Maret 5 Maret Pil Koplo MD
4 Bayu Aji Samudra 19 th Desa Ngablak, Kec. Banyakan 13 Maret 17 Maret Psikotropika
5 Dewantoro 17 th Desa. Kenton, Kec.Plosoklaten 12 Maret 13 Maret Psikotropika MD
6 Wawan Hidayat 25 th Desa Semen, Kec. Semen 4 Maret 5 Maret Psikotropika MD
7 Zaenal Arifin 22 th Desa Grogol, Kec. Grogol 7 Maret 7 Maret Miras
8 Mashuda 28 th Desa Semen, Kec. Semen 2 Maret 3 Maret Miras MD
9 M Hadi 20 th DesaMangungrejo, Kec.Ngadiluwih 25 Maret -
10 Suryanto 23 th Desa Mangunrejo, Kec.Ngadiluwih 26 Maret - Suspek OD
11 Suji 26 th Desa Pule, Kec. Kandat 26 Maret - Suspek OD
12 Sumarno 27 th Desa Kauman, Kec. Wates 26 Maret - Suspek OD
13 Eko 21 th Desa Pule, Kec. Kandat 26 Maret - Suspek OD dan cidera otak berat
14 Muryani 27 th Kel. Tinalan, Kec. Pesantren 26 Maret - Suspek OD dan cidera otak ringan
15 Sutaji 23 th Desa Jagul. Kec. Ngancar 26 Maret - Suspek OD
16 Suharno 24 th Desa Mangunrejo. Kec. Ngadiluwih 26 Maret -
17 Bambang S 29 Belum diketahui 25 Maret - Suspek OD
18 Sunarto 27 Desa Tawangsari, Kec. Wates, Kediri Minggu (25/3) Selasa (27/3) Suspek OD MD
19 Pujianto 23 Desa Dadapan, Kec. Wates Jumat (23/3) Minggu (25/3) Suspek OD MD


Data Korban Overdosis RSU Gambiran Kota Kediri 2007 Wilayah Kabupaten Nganjuk
No Nama Umur Alamat MRS KRS Penyebab Ket
1 Darno 30 th Desa Sugihwaras, Kec. Prambon 8 Maret 9 Maret Pil dan minuman keras MD
2 Purwanto 20 th Desa Gondanglegi, Kec. Prambon 11 Maret 13 Maret Suspek intixikasi nafza
3 Irwanto 23 th Desa Kampungbaru, Kec.Tanjunganom 7 Maret 9 Maret Double L
4 Miftakhul Fauzi 23 th Desa Tanjungkalang, Kec. Ngronggot 15 Maret Hipoglikemia (kekurangan gula darah)
5 Saifudin 21 th Desa Tanjungkalang, Kec. Ngronggot 14 Maret - Hipoglikemia

Daftar Korban Tewas RSU dr Iskak Tulungagung
No Nama Korban Umur Masuk Rumah Sakit Alamat
1 Taufik Armico 21 Masuk 3 Maret, tewas 5 Maret Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung
2 Fendik 21 Masuk 5 Maret, tewas 9 Maret. Desa Bago, Kecamatan Kota, Tulungagung
3 Dwi Prasetyo 22 Masuk 12 Maret, tewas 13 Maret Desa Pacitan. Kecamatan Ngunut, Tulungagung
4 Nanang 20 Masuk 14 Maret, tewas 15 Maret Desa Pojok, Kecamatan Ngantru, Tulungagung
5 Ahmad Rofiq 18 Masuk 15 Maret, tewas 17 Maret Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulunagung
6 Khoirul Muhklis 22 Masuk 15 Maret, tewas 18 Maret Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung
7 Ibnu Nita Chandra 20 Masuk 16 Maret, tewas 17 Maret Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung
8 M Muhtar 23 Masuk 16 Maret, tewas 21 Maret Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung
9 Yoga Nugroho 24 Masuk Minggu (25/3), tewas Selasa (27/3) Jalan WR. Supratman RT/RW 01 Kel Kampungdalem, Kec Kota
10 Tirto Eko Buwono 26 Masuk Sabtu (31/3), masih menjalani perawatan Warga Desa Kras, Kec. Kras, Kab. Kediri


Nama Korban tewas Overdosis di RSUD Pelem, Pare, Kediri
No Nama Pasien Umur (tahun) Tempat Tinggal Dirawat Meninggal Dunia
1 Ahmad Yusuf 19 Desa Langenharjo, Kec. Plemahan. RSUD Pare -
2 Amien Hermanto 29 Desa Pranggang, Kec. Plosoklaten. -Tewas (27/3)
3 Anwar 20 Desa Gedang Sewu, Kec. Pare - Tewas (26/3)
4 Udin 20 Desa Plemahan, Kec. Plemahan RSUD Pare -
5 Pujianto 31 Desa Sepawon, Kec. Ngancar - Tewas (26/3)
6 Harsudin 26 Desa Pranggang, Kec. Plosoklaten RSUD Pare
7 Sumadi 25 Desa Kedungsari, Kec. Plemahan RSUD Pare
8 Andre 27 Desa Plosoklaten, Kec. Plosoklaten RSUD Pare
9 Gunawan 28 Desa Papar, Kec. Papar RSUD Pare
10 Agus W 27 Desa Pranggang, Kec. Plosoklaten RSUD Pare

Apr 3, 2007

KLB Overdosis

KEDIRI (SINDO) – Minuman keras dan narkoba menjadi momok bagi pengkaderan generasi muda bangsa Indonesia. Fenomena gunung es ini seakan menjadi cermin retaknya pengkaderan kaum muda di negeri yang dikenal gemah ripah loh jinawi ini. Sayupsayup suara lonceng kematian akibat overdosis mulai menggema di Kediri dan Tulungagung.

Coba simak data di Dinas Kesehatan Kota Kediri. Korban overdosis mencapai 34 orang, 11 diantaranya tewas selama Maret 2007 (selengkapnya lihat tabel). Tewasnya generasi muda masa depan negeri, diduga karena overdosis minuman keras dan narkoba. Hasil tes urine yang dilakukan petugas medis, sebagian urine diketahui mengandung benzodiazenipes. Zat beracun itu menyebabkan kerusakan otak.

Kalau kejadian luar biasa itu belum cukup untuk menyentakkan hati dan pikiran kita. Mari kita lihat data di RSU dr Iskak Tulunggung. Dalam kurun waktu yang relatif bebarengan dengan di Kediri, delapan pemuda tewas sia-sia karena minuman keras dan psikotropika. Mereka diantaranya, Mohammad Muchtar,19; Ahmad Rofiq, 18; Ibnu Nita Chandra, 18, (ketiganya warga Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol), Khoirul Muklis,22, warga Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol; Taufik Armiko,20, warga Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru; Fendik,21, warga Kelurahan Bago, Kecamatan Tulungagung; Dwi Prasetya,22, warga Desa Pacitan, Kecamatan Ngunut; dan Nanang, 20, warga Desa Pojok, Kecamatan Ngantru.

Sedemikian parahkah pemuda kita? Kebiasaan mengkonsumsi obat-obat psikotropika jenis lexotan, nampaknya memang menjadi gaya hidup bagi sebagian remaja Kediri, dan sekitarnya. Bahkan untuk menyandang gelar sebagai ketua geng, mereka mengadakan uji nyali dengan mengkonsumsi pil koplo.

Joni (nama samaran), 28, warga, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri, menjelaskan, kebiasaan mengkonsumsi lexotan, ibaratnya sudah seperti memakan nasi bagi pemuda di kampungnya."Jika tidak ketemu lele (sebutan untuk obat double L), rasanya seperti belum makan nasi satu hari," ujarnya sambil cengar-cengir.

Bapak satu anak mantan ketua geng di kampungnya itu, mengungkapkan, tidak terlalu sulit mendapatkan pil koplo di wilayah eks Karesidenan Kediri. Cukup dengan berbekal rekomendasi sesama pengguna pil koplo, calon pemakai akan diperkenalkan kepada seorang pengedar yang selalu siap memenuhi berapapun obat yang dibutuhkan. ”Harganya murah, berkisar antara Rp2.500 - Rp5.000 per butir,” tukasnya.

Harga yang sangat murah itu, tidak terlalu berat bagi pemuda yang bekerja sebagai buruh serabutan dan pengamen jalanan. Apalagi peredaran pil koplo sudah dari kampung ke kampung. Sehingga, ibarat baru saja keluar rumah pil koplo sudah di depan mata. Dari penelusuran kasus per kasus, sebagian besar para korban tewas overdosis adalah pengamen dan buruh pada home industri yang tersebar di Kediri dan Tulungagung.

Penghasilan mereka berkisar Rp15.000 – Rp25.000 per hari. Maka harga pil yang berkisar Rp2.500-Rp5.000, merupakan harga yang sangat murah untuk sekadar menikmati fly. Terkadang, untuk menunjukkan eksistensinya, satu kelompok pemuda tak keberatan untuk patungan membeli pil haram tersebut."Kalau pil sudah terkumpul, kami pesta kecil-kecilan di rumah salah satu teman," jelas Joni, yang sudah 2 tahun tidak menikmati lexotan .
Pesta narkoba rata-rata digelar untuk memperkuat persahabatan antar anggota kelompok. Dalam pada itu, tercipta sikap keterbukaan antar sesama anggota geng. Ini yang kemudian mendorong pesta adu nyali.

Ritual adu nyali dilakukan untuk mencari siapa yang terkuat. Siapapun yang sanggup menelan puluhan butir lexotan, dia yang akan dinobatkan sebagai ketua geng atau minimal dianggap jagoan. "Siapa yang terakhir berdiri dan tidak kolaps, dia yang akan dinyatakan sebagai ketua geng. Ini sudah menyangkut harga diri bagi kami sebagai laki-laki," ujarnya berapi-api.

Ritual ”gila” itu belum cukup. Bahkan, para pemuda itu melakukan eksperimen dengan meracik pil koplo dengan minuman beralkohol. Parahnya lagi, untuk menimbulkan sensasi yang luar biasa, minuman keras dan pil lexotan dioplos dengan obat nyamuk merek autan dan baygon.

Tak tanggung-tanggung, ada yang dicampur dengan bahan bakar bensin dan spiritus.
"Hanya saja, kadar bahan bakar tidak perlu banyak sehingga tidak terlalu kolaps," kata Joni ringan. Joni mengaku, koma selama 1 bulan di rumah sakit setelah minum minuman oplosan itu. Saat ini Joni sudah menyatakan berhenti mengkonsumsi narkoba setelah menjalani masa penyembuhan selama dua tahun. ”Saya sudah tobat, dan tidak ingin mengulangi masa lalu lagi,” pungkasnya.

Bagaimana bila ditinjau dari segi ilmu kejiwaan, Psikiater RS Bhayangkara Kota Kediri, Kompol dr Ronny Soebagyo SpKJ, mengungkapkan, apa yang dilakukan para pemuda tersebut dipicu masalah kehidupan. Pada masa seumuran mereka, para pemuda memasuki tahap pencarian identitas. Para pemuda ingin menunjukkan eksistensi dengan cara hidup berkelompok. ”Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensinya adalah dengan menggelar pesta seperti itu,” ungkap perwira dengan dua melati di pundaknya itu.

Bagaimana dengan dampak minum lexotan, dr Ronny menjelaskan, secara fisik tidak terlalu kelihatan ketergantungan. Tetapi dari sisi psikologis akan mengalami ketergantungan dosis. Pengaruh G Metan dalam obat tersebut, membuat penggunanya semakin lama ketergantungan.

Kemudian menimbulkan rasa tidak puas setelah meminum dosis tertentu. Kondisi itu diperparah bila mereka berimprovisasi, yang disinergikan dengan alkohol. Kemudian terjadi intoxikasi lexotan dengan alkohol. ”Akibatnya bisa terjadi depresi hingga frekuensinya sampai tidak bisa bernafas,” ungkapnya.

Untuk ketergantungan fisik, menurut dr Ronny, bisa diobati dengan memberi bantuan nafas seperti pemberian oksigen. Ini dilakukan bila otak kekurangan oksigen maka bisa menimbulkan kerusakan. Sedangkan untuk ketergantungan psikologis, membutuhkan terapi sampai sethun lebih agar bisa meninggalkan kebiasaannya. ”Jadi, jangan pernah mencoba pil koplo. Bila sekali mencoba akan ketergantungan, dan sangat sulit untuk lepas,” katanya.

Tewasnya belasan pemuda di Kediri dan Tulungagung, akibat overdosis belum cukup menyentakkan hati pejabat di eks Karesidenan Kediri. Badan Narkoba Kota Kediri (BNK) menilai pihak kepolisian belum represif dalam menindak pengedar narkoba. Sedangkan Polwil Kediri, menilai apa yang dilakukan sudah maksimal dalam memberantas jaringan narkoba.

”Kalau dibilang kurang represif, sejak lama kita berusaha memotong mata rantai peredaran narkoba. Bahkan sudah banyak barang bukti yang berhasil kita ungkap,” ungkap Kapolwil Kediri, Kombes Pol Tjuk Basuki. Ia menegaskan, semua pihak boleh menilai kerja polisi kurang represif. Tetapi kenyataan di lapangan, polisi tetap bekerja keras dalam memberantas narkoba.

Contoh terakhir adalah apa yang dilakukan Polresta Kediri dan Polsekta Kediri. Mereka berhasil meringkus 2 orang bandar, serta 4 orang pengecer sekaligus pemakai narkoba jenis pil koplo double l dan leksotan. ”Tanpa diminta represif kami tetap akan bertindak tegas,” ungkapnya.

Wajar bila Kapolwil Kediri Kombes Pol Tjuk Basuki berkomentar seperti itu. Sebab, Ketua BNK (Badan Narkoba Kota) Kota Kediri, M Zaini menuding, pihak kepolisian kurang represif dalam menangani masalah ini. Pihaknya belum mengambil langkah untuk mencegah kematian akibat overdosis meluas. ”Kita sudah bekerja maksimal dengan cara sosialisasi gerakan anti narkoba,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Kota Kediri itu.

Soal pendanaan, BNK Kota Kediri mendapatkan alokasi dana 2006 Rp150 juta dan 2007 ini Rp150 juta. Dana tersebut digunakan memenuhi biaya kegiatan dan operasional BNK. Pernyataan sedikit berbeda disampaikan Ketua BNK Kabupaten Kediri, Sulaiman Lubis. Ia mengakui, ada peningkatan jumlah pemakai narkoba jenis lexotan setiap tahunnya.

Maraknya peredaran narkoba di kalangan remaja Kabupaten Kediri membuat jumlah pengguna narkotika terus meningkat. Ironisnya, fenomena ini justru terjadi di kalangan pemuda yang didominasi para pelajar. "Setiap tahun jumlah pemakai narkoba khususnya jenis lexotan di Kabupaten Kediri terus meningkat. Ironisnya ini justru melanda pemuda dan pelajar," ungkap pria yang juga menjabat Wakil Bupati Kediri itu.

Ia menjelaskan, minimnya dana yang dimiliki BNK Kediri ini menjadi salah satu faktor sulitnya penanganan narkoba. Tahun 2007 ini, pihaknya hanya mendapat anggaran sebesar Rp125 juta, dari Rp250 juta usulan yang diminta kepada APBD Kabupaten Kediri.

Nilai tersebut menurut Sulaiman maih jauh dari memadai, mengingat pada tahun sebelumnya BNK Kediri mendapat kucuran sebesar Rp250 juta. Karena itu, ia berusaha menggalang dana dari LSM di dalam maupun luar negeri untuk membiayai penanggulangan narkoba di Kabupaten Kediri."Nilai ini sangat kecil dari yang dibutuhkan. Idealnya, BNK memiliki anggaran sebesar Rp350 juta per tahun," jelasnya.

Menanggapi tingginya jumlah korban meninggal akibat overdosis, Sulaiman mengatakan, sudah berkoordinasi dengan seluruh rumah sakit yang merawat untuk memperoleh informasi penyebab keracunan tersebut. Berdasarkan informasi sementara, mereka meninggal akibat mengkonsumsi psikotropika jenis double L.”BNK Kediri sendiri sudah melaporkan fenomena ini ke BNK pusat untuk ditindaklanjuti. Sebab tidak menutup kemungkinan kasus serupa akan terjadi di daerah lain di Indonesia,” tandasnya.

Fakta matinya belasan pemuda, membuat sejumlah anggota dewan angkat bicara. Anggota Komisi C DPRD Kota Kediri, Achmad Salis, mengungkapkan, kinerja Badan Narkotika Kota (BNK) Kediri harus dipertanyakan. Sebab, BNK pada APBD 2006 mendapat gelontoran dana APBD puluhan juta, tetapi hingga saat ini belum nampak hasil kerja BNK. ”Kalau sudah seperti ini, pemberantasan narkoba merupakan masalah bersama. Yang penting harus sinergi tidak berjalan sendiri-sendiri,” kata anggota dewan dari PKS itu.

Ketua DPRD Kota Kediri, Bambang Hariyanto mengungkapkan, sebenarnya semuanya pasti ada solusi. Bukan saatnya saling menyalahkan dalam menangani fenomena matinya belasan pemuda itu. Persoalannya, untuk menanggulangi kejadian luar biasa itu, harus memerlukan dana yang lumayan besar. Dan itu bisa ditalangi melalui tunjangan fungsional. Sayangnya dalam konsultasi terakhir dengan BPK, pencairan dana fungsional oleh kepala daerah bisa dianggap korupsi. ”Tetapi bila dalam kondisi darurat seperti KLB overdosis, Pemkot Kediri harus mendapat pengecualian bila tidak ingin banyak pemudanya mati overdosis,” ungkapnya.

Itu masih permasalahan bagaimana menanggulangi ovedosis. Solusi lebih teknis datang dari Ketua Ikatan Dokter Indonesia Cabang Kediri, dr Samsul Ashar SpPd. Ia menjelaskan, polisi jangan dijadikan kambing hitam. Kendati bagaimanapun juga, polisi merupakan lembaga penegak hukum yang sangat berkompeten dalam memutus mata rantai peredaran narkoba. Tetapi bila tidak didukung semua pihak hasilnya seperti ini. Kalau masalahnya pada pendanaan, mengapa kita tidak duduk bersama, dan membicarakan masalah ini secara konkret.

”Kalau masalah kurang dana untuk menggelar razia, kenapa kita tidak support dari APBD. BNK mempunyai dana yang bisa digunakan untuk membantu polisi. Kemudian kalau kekurangan dana untuk membeli tester psikotropika, kenapa tidak membicarakan dengan kami. Insyaallah, dengan adanya pembicaraan ini, kita siap membantu. Paling tidak, kita bisa mengupayakan tester narkoba yang murah harganya,” tukasnya panjang lebar.

Wali Kota Kediri H A Maschut mengakui, keteledoran ada pada pihaknya. BNK sebagai lembaga yang menangani pemberantasan narkoba, dinilai terlambat menetapkan kejadian luar biasa.”Seharusnya sudah sejak awal kasus ini ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Saya sudah memerintahkan tim dari BNK untuk terjun mewawancarai satu per satu para korban,” ungkapnya.

Setelah investigasi diketahui hasilnya, kata Maschut, pihaknya akan meminta semua pihak terkait untuk duduk bersama membahas masalah ini. Diharapkan muncul solusi cerdas jangka pendek maupun jangka panjang dalam menangani masalah narkoba. ”Kita akan berupaya semaksimal mungkin menyelesaikan masalah ini,” tukas pria yang juga menjabat Ketua Umum Persik Kediri itu.(edi purwanto, edp_snkota@yahoo.com)

Data Pasien Over Dosis Kota Kediri

RS Yang Merawat Pasien OD

Jumlah Pasien

Korban Tewas

RSU Gambiran

20 Orang

5 tewas

RS Bhayangkara

4 Orang

1 tewas

RS Baptis

6 Orang

3 tewas

RS Muhammadiyah

2 Orang

1 tewas

RSI Al Arafah

2 Orang

1 tewas

* Sumber Dinkes Kota Kediri

Data Korban Overdosis RSU Gambiran Kota Kediri 2007 Kota Kediri

No

Nama

Umur

Alamat

MRS

KRS

Penyebab

Ket

1

Agung Hartanto

30 th

Kel. Burengan, Kec. Pesantren

1 Maret

6 Maret

Double L

MD

2

Agus Triono

21 th

Ke. Dermo, Kec. Mojoroto

7 Maret

8 Maret

Mabuk, Miras, Topi Miring dicampur Kratingdaeng

3

Agus Trianto

32 th

Kel. Jetis, Kec. Ngronggo

6 Maret

12 Maret

Nafza/Miras

4

Yudi

29 th

Kel. Lirboyo, Kec. Mojoroto

11 Maret

-

5

Roni

22 th

Kel. Dermo, Kec. Mojoroto

7 Maret

-

Hipoglikemia

6

Tri Wahono

22 th

Kel. Ngampel, Kec. Mojoroto

18 Maret

20 Maret

Intoxikasi nafza

Data Korban Overdosis RSU Gambiran Kota Kediri 2007 Wilayah Kabupaten Kediri

No

Nama

Umur

Alamat

MRS

KRS

Penyebab

Ket

1

Ribut

31 th

Desa Bobang, Kec. Semen

8 Maret

13 Maret

Minum pil

2

Faudin

28 th

Desa Jatirejo, Kec. Banyakan

7 Maret

15 Maret

Minum Pil dan pesta Miras

3

Hari Bangun

20 th

Desa Datengan, Kec. Grogol

3 Maret

5 Maret

Pil Koplo

MD

4

Bayu Aji Samudra

19 th

Desa Ngablak, Kec. Banyakan

13 Maret

17 Maret

Psikotropika

5

Dewantoro

17 th

Desa. Kenton, Kec.Plosoklaten

12 Maret

13 Maret

Psikotropika

MD

6

Wawan Hidayat

25 th

Desa Semen, Kec. Semen

4 Maret

5 Maret

Psikotropika

MD

7

Zaenal Arifin

22 th

Desa Grogol, Kec. Grogol

7 Maret

7 Maret

Miras

8

Mashuda

28 th

Desa Semen, Kec. Semen

2 Maret

3 Maret

Miras

MD

9

M Hadi

20 th

DesaMangungrejo, Kec.Ngadiluwih

25 Maret

-

10

Suryanto

23 th

Desa Mangunrejo, Kec.Ngadiluwih

26 Maret

-

Suspek OD

11

Suji

26 th

Desa Pule, Kec. Kandat

26 Maret

-

Suspek OD

12

Sumarno

27 th

Desa Kauman, Kec. Wates

26 Maret

-

Suspek OD

13

Eko

21 th

Desa Pule, Kec. Kandat

26 Maret

-

Suspek OD dan cidera otak berat

14

Muryani

27 th

Kel. Tinalan, Kec. Pesantren

26 Maret

-

Suspek OD dan cidera otak ringan

15

Sutaji

23 th

Desa Jagul. Kec. Ngancar

26 Maret

-

Suspek OD

16

Suharno

24 th

Desa Mangunrejo. Kec. Ngadiluwih

26 Maret

-

17

Bambang S

29

Belum diketahui

25 Maret

-

Suspek OD

18

Sunarto

27

Desa Tawangsari, Kec. Wates, Kediri

Minggu (25/3)

Selasa (27/3)

Suspek OD

MD

19

Pujianto

23

Desa Dadapan, Kec. Wates

Jumat (23/3)

Minggu (25/3)

Suspek OD

MD

Data Korban Overdosis RSU Gambiran Kota Kediri 2007 Wilayah Kabupaten Nganjuk

No

Nama

Umur

Alamat

MRS

KRS

Penyebab

Ket

1

Darno

30 th

Desa Sugihwaras, Kec. Prambon

8 Maret

9 Maret

Pil dan minuman keras

MD

2

Purwanto

20 th

Desa Gondanglegi, Kec. Prambon

11 Maret

13 Maret

Suspek intixikasi nafza

3

Irwanto

23 th

Desa Kampungbaru, Kec.Tanjunganom

7 Maret

9 Maret

Double L

4

Miftakhul Fauzi

23 th

Desa Tanjungkalang, Kec. Ngronggot

15 Maret

Hipoglikemia (kekurangan gula darah)

5

Saifudin

21 th

Desa Tanjungkalang, Kec. Ngronggot

14 Maret

-

Hipoglikemia

 

Daftar Korban Tewas RSU dr Iskak Tulungagung

No

Nama Korban

Umur

Masuk Rumah Sakit

Alamat

1

Taufik Armico

21

Masuk 3 Maret, tewas 5 Maret

Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru, Tulungagung

2

Fendik

21

Masuk 5 Maret, tewas 9 Maret.

Desa Bago, Kecamatan Kota, Tulungagung

3

Dwi Prasetyo

22

Masuk 12 Maret, tewas 13 Maret

Desa Pacitan. Kecamatan Ngunut, Tulungagung

4

Nanang

20

Masuk 14 Maret, tewas 15 Maret

Desa Pojok, Kecamatan Ngantru, Tulungagung

5

Ahmad Rofiq

18

Masuk 15 Maret, tewas 17 Maret

Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulunagung

6

Khoirul Muhklis

22

Masuk 15 Maret, tewas 18 Maret

Desa Jabalsari, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung

7

Ibnu Nita Chandra

20

Masuk 16 Maret, tewas 17 Maret

Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung

8

M Muhtar

23

Masuk 16 Maret, tewas 21 Maret

Desa Bendiljatiwetan, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung

9

Yoga Nugroho

24

Masuk Minggu (25/3), tewas Selasa (27/3)

Jalan WR. Supratman RT/RW 01 Kel Kampungdalem, Kec Kota

10

Tirto Eko Buwono

26

Masuk Sabtu (31/3), masih menjalani perawatan

Warga Desa Kras, Kec. Kras, Kab. Kediri

Nama Korban tewas Overdosis di RSUD Pelem, Pare, Kediri

No

Nama Pasien

Umur (tahun)

Tempat Tinggal

Dirawat

Meninggal Dunia

1

Ahmad Yusuf

19

Desa Langenharjo, Kec. Plemahan.

RSUD Pare

-

2

Amien Hermanto

29

Desa Pranggang, Kec. Plosoklaten.

-

Tewas (27/3)

3

Anwar

20

Desa Gedang Sewu, Kec. Pare

-

Tewas (26/3)

4

Udin

20

Desa Plemahan, Kec. Plemahan

RSUD Pare

-

5

Pujianto

31

Desa Sepawon, Kec. Ngancar

-

Tewas (26/3)

6

Harsudin

26

Desa Pranggang, Kec. Plosoklaten

RSUD Pare

7

Sumadi

25

Desa Kedungsari, Kec. Plemahan

RSUD Pare

8

Andre

27

Desa Plosoklaten, Kec. Plosoklaten

RSUD Pare

9

Gunawan

28

Desa Papar, Kec. Papar

RSUD Pare

10

Agus W

27

Desa Pranggang, Kec. Plosoklaten

RSUD Pare

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog