Widgetized Footer

Apr 9, 2007

Dua Nenek Diduga Dibakar



SINDO/Edi Purwanto
Jenazah Fatonah,80, dan Sri Banun,70, saat dibawa menuju ke RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar. Kedua nenek itu, diduga kuat merupakan korban perampokan. Mereka diduga dibakar pelaku untuk meninggalkan jejak. Ini diketahui dari perhiasan emas yang mereka kenakan hilang.

BLITAR (SINDO) – Peristiwa tragis menggemparkan warga Desa Dawuan, Kec. Kademangan, Kab. Blitar. Dua wanita tua yang tinggal di RT2 RW I Desa Dawuan, ditemukan tewas dalam kondisi hangus terbakar di atas pembaringan, kemarin sekitar pukul 07.00 WIB.

Tragisnya, perhiasan emas seberat 40 gram hilang seiring peristiwa mengenaskan itu. Atas indikasi itu, diduga kuat korban Fatonah,80, dan Sri Banun,70, merupakan korban perampokan. Dugaan ini dikuatkan dengan tidak terkuncinya pintu samping rumah berbentuk joglo.

Adalah Ny Surip,60, tetangga Mbah Fatonah, yang mengetahui pertama kali kejadian tragis di pagi hari itu. Menurut kesaksiannya, ia hendak berangkat ke pasar lewat depan rumah Mbah Fatonah. Saat melintas di halaman rumah yang berdekatan dengan Musala Miftachul Ulum, hidungnya seperti mencium bau barang terbakar seperti kain dan selimut.

”Semakin lama, bau tersebut semakin kuat. Apalagi di atas atap rumah joglo Mbah fatonah terdapat asap yang membumbung. Kontan saya memanggil Mbah Nah (sapaan akrab Fatonah),” tuturnya kepada SINDO saat ditemui di lokasi kejadian.

Saat itu, kata Ny Surip, ia berhasil masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. Pintu tersebut tidak dikunci sehingga dengan mudah, ia masuk menuju ke ruang tengah. Di sana, pembaringan yang biasanya digunakan Mbah fatonah terbakar.

”Yang saya tahu hanya kasurnya yang terbakar. Saking gugupnya, saya kemudian berteriak meminta bantuan warga. Ternyata yang mendengar hanya Kuserin, tetangga rumah,” ungkapnya.

Menurut Kuserin, saat dia tiba, di pembaringan ada dua tubuh yang sudah hangus. Kedua tubuh yang dikenal merupakan perawakan Mbah Fatonah dan Mbah Sri Banun tengkurap dalam kondisi hangus. Sementara pada dipan tempat keduanya terbaring, sudah hampir 75 persen hangus terbakar. ”Saya tidak tahu apakah terbakar karena obat nyamuk bakar atau sebab lain,” ungkapnya.

Kabar duka itu menyeruak ke dalam setiap gendang telinga warga Desa Dawuan. Ratusan orang kemudian berkumpul di depan rumah untuk sekadar berbela sungkawa. Seorang warga lantas menghubungi Polsek Kademangan.

Petugas kepolisian tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 08.30 WIB. Lima belas menit kemudian, unit identifikasi Polres Blitar tiba, dan langsung melakukan olah tempat kejadian perkara.

Beragam analisa penyebab ditemukan janda tua tewas terbakar mulai mengemuka. Ini diketahui setelah petugas kepolisian memastikan tidak ada perhiasan di lokasi kejadian.
Padahal, menurut Samsuri, ibu kandungnya Fatonah, selama ini mengenakan perhiasan emas berupa kalung, cincin, dan gelang. Berat perhiasan tersebut berkisar 40 gram.

Jadi sangat aneh bila di lokasi pembaringan terbakar tidak ditemukan perhiasan. ”Yang janggal lagi, meski selama ini ibunya sering bersama adiknya Sri Banun, keduanya tidak pernah tidur seranjang. Biasanya mereka tidur terpisah,” ungkapnya.

Samsuri enggan berandai-andai tentang penyebab kematian ibu kandungnya. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada petugas kepolisian. Yang jelas, ada kemungkinan ibu kandungnya dirampok terlebih dulu. Setelah itu dibakar untuk menghilangkan jejak pelakunya. ”Mudah-mudahan kasus ini terkuak. Hanya itu harapan kami,” katanya.

Kapan kedua janda terbakar juga masih menjadi tanda tanya. Tetapi menurut Imam Supandi, biasanya setiap salat subuh Mbah Fatonah dan Mbah Sri Banun selalu ikut berjamaah di musala Miftachul Ulum yang terletak persis di depan rumah mereka.

”Tetapi tadi pagi (kemarin Red) tidak. Keduanya tidak salat berjamaah. Selain itu, pada saat waktu Salat Subuh juga tidak ada tanda-tanda bau barang terbakar,” kata pria yang mendapat tugas menjadi imam salat berjamaah di Musala Miftachul Ulum itu.

Menurut Imam, bisa jadi peristiwa tersebut terjadi antara pukul 23.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB. Tetapi pada rentang waktu itu, sangat tidak mungkin. Pasalnya, pada waktu Salat Subuh tidak tercium bau barang terbakar. ”Kemungkinan terjadi setelah kami selesai Salat Subuh,” tukasnya.

Di rumah tersebut memang hanya tinggal berdua. Anak cucu tidak ada lagi. Sementara putra Sri Banun, Mafluadi, berada di Kalimantan Barat. Sedangkan Samsuri, putra Fatonah, tinggal di luar kecamatan Kademangan. Praktis rumah kuno, berdinding kayu jati itu, menjadi saksi kematian tragis kedua nenek itu.

Warga terakhir melihat Mbah Fatonah saat salat Isya, sedangkan Sri Banun terakhir terlihat saat pengajian. Padahal rencananya, Sri Banun akan menunaikan ibadah haji tahun ini. Karena penyakit katarak, ia masuk daftar tunggu untuk pergi ke tanah suci.

Kerumunan masa di lereng gunung kidul itu, berangsur-angsur mulai mencair. Satu per satu warga meninggalkan lokasi kejadian. Seiring matahari condong ke barat, kedua jenazah dibawa ke RSUD Mardi Waluyo, Kota Blitar. Kedua tubuh tersebut akan diautopsi untuk mengetahui penyebab kematiannya.

Setidaknya dengan penelitian itu, akan diketahui dua hal; apakah korban meninggal atau pingsan terlebih dulu sebelum akhirnya terbakar (dibakar). Atau keduanya, meninggal karena memang terbakar obat nyamuk bakar yang menyulut kasur tempat keduanya beristirahat.

Kapolres Blitar AKBP Ibnu Isticha, belum bisa berbicara panjang lebar terkait kejadian tersebut. Perwira yang baru seminggu menjabat tersebut, lebih mengedepankan hasil autopsi.”Memang ada indikasi perampokan. Tetapi semua, masih tergantung dari hasil autopsi dan penyelidikan yang dilakukan anggota. Mudah-mudahan kasus ini cepat terungkap,” ungkapnya saat berada di tempat kejadian. (edi purwanto).

0 komentar:

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com

Hobi

  • Membaca
  • Menulis

Usai Deadline

Powered by Blogger.

Sinung Pangupo Jiwo

Blitar, Jawa Timur, Indonesia

Tulisan Lama

Search This Blog